Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Paniang Kapalo Awak Uda, Hari ka Rayo

Medianers - Sembari memegang kepala, pria 25 tahun mengatakan, " paniang kapalo awak Uda, hari ka rayo pulo," katanya. Ia mengaku kepalanya pusing karena persoalan ekonomi nan melilit. Pengeluaran membengkak di bulan Ramadhan ini, (2022). Dipicu oleh pembayaran layanan kesehatan. 

Panggil ia Ladi, istrinya melahirkan anak ke 2. Lahir dengan cara operasi Sectio Caesaria di salah satu rumah sakit di Payakumbuh. Sebetulnya Adi peserta BPJS mandiri. Berhubung tidak membayar, maka ia didenda agar kepersetaannya aktif kembali. Terdesak, ia mengaktifkan dengan membayar denda kurang lebih sebanyak Rp. 6.000.000,-

Ia mengatakan, "Saya sudah mempersiapkan sebanyak 4,5 juta untuk persiapan kelahiran anak Saya. Ternyata uang sebanyak itu tidak cukup. Kalau Saya membayar umum, maka tagihan kurang lebih 6,5 juta. Ditambah pula anak Saya dirawat karena bermasalah dengan pernafasannya. Otomatis biaya bertambah. Maka Saya memilih aktifkan BPJS kembali," ungkapnya.

Lanjut Ladi menceritakan, sebagai pekerja serabutan. Ia terpaksa menjual kambing peliharaannya sebanyak satu ekor, untuk menutupi kekurangan. Ia pun terlihat pasrah. "Saya pasrah saja, semoga anak Saya lekas sembuh. Dan Saya bisa mencari uang lagi untuk persiapan lebaran," ujarnya.

Ditengah remang-remang cahaya, di sisi teduh parkiran rumah sakit, hujan terus mengguyur lantai. Ladi terlihat menghisap sebatang Feloz. Tanpa ia sadari asap mengepul perlahan disela bibirnya. Ia seakan terpana, memikirkan persoalan hidup, terasa sangat berat dihadapi. Namun, ia harus bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.

"Untung mertua Saya memberi bantuan, Uda. Saya diberi uang sebanyak 1,5 juta untuk biaya selama menunggu istri dan untuk kebutuhan lainnya. Entahlah, kalau tidak, aduh, Saya tidak tau harus berbuat apa," ungkapnya galau, sembari menarik nafas panjang.

Ladi terlihat sosok extrovert. Ia mudah bergaul dan percaya saja menceritakan kegundahannya pada orang baru yang ia kenal. Barangkali merasa dadanya sudah sesak dengan persoalan. Sehingga tanpa ragu menceritakan kegetiran hidup yang ia rasakan. Penulis tidak banyak memberikan saran, hanya mendengarkan baik- baik ceritanya. Game Slot yang sedang diputar, langsung penulis matikan sebagai bentuk menunjukkan respek padanya.

Hujan tak kunjung reda. Pada minggu kedua bulan Ramadhan, kota Payakumbuh selalu diguyur hujan, nyaris tiap sore hingga malam. Seketika telepon genggam Ladi berdering, ia mohon pamit, istrinya memanggil yang sedang dirawat. "Maaf da, Saya izin dulu. Istri Saya memanggil," ujarnya. Ia pun berlalu pergi.( Anton Wijaya)


Posting Komentar untuk "Paniang Kapalo Awak Uda, Hari ka Rayo"