Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Alasan Pangkalan Ojek Masih Bertahan Ditengah Gempuran Aplikasi Transportasi Daring

Payakumbuh, Medianers -- Pangkalan ojek di depan RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh masih bertahan dengan cara tradisional menjaring penumpang. Tanpa menggunakan aplikasi transportasi daring, mereka tetap eksis saban hari mangkal. Mereka tidak dilanda keraguan bersaing mendapatkan calon penumpang.  Tampak tegar berkompetisi dengan moda transportasi berbasis aplikasi daring. 

Medianers menghampiri pangkalan ojek dimaksud, dengan ramah salah seorang tukang ojek menyapa, "mau diantar kemana, Diak?" tanyanya. Yang bertanya namanya Jalu, (52 tahun). Maksud kedatangan Medianers bukanlah untuk naik ojek. Tapi, mewawancarai mengapa mereka bisa bertahan, ditengah gempuran aplikasi transportasi daring?

Jalu menceritakan, "pangkalan ojek ini telah berdiri sejak tahun 2003. Anggota  pangkalan sebanyak 15 orang. Nan tetap mengojek setiap hari sebanyak 8 orang. Dari seluruh anggota pangkalan, tidak satu pun dari kami yang menggunakan aplikasi. Kami setia mangkal disini, sabar menunggu penumpang," katanya Sabtu, (4/2/2023).

Jalu menambahkan, "kami masih bisa mendapatkan 5 sampai 10 penumpang tiap hari. Ditambah langganan tetap tiap hari. Saya sendiri tiap pagi dapat langganan mengantar bahan masak ke lapas anak. Saya jemput ke pasar Ibuh dan Saya antar kesana. Itu Saya lakukan tiap pagi. Setelah itu, Saya baru mangkal di pangkalan ojek ini," tambahnya.

Sementara itu, Papi Baba, (54 tahun) juga tukang ojek yang mangkal tiap hari mengatakan, "alasan kami tidak menggunakan aplikasi adalah, ada penumpang yang keinginannya tidak bisa menggunakan aplikasi. Seperti contoh, Saya sering dapat langganan ke Bukittinggi, mengantar keluarga pasien yang mau memeriksakan laboratorium ke RSAM. Karena tidak bisa diperiksa di rumah sakit ini, ( sambil menunjuk RSUD Adnaan WD). Penumpang itu, menyewa Saya pulang dan pergi," katanya.

Pengalaman Papi Baba, dianggukkan oleh Son, (53 tahun), ia telah mangkal sejak awal pangkalan ojek itu berdiri. "Kami bisa bertahan mengojek puluhan tahun disini, karena keluarga pasien dan petugas rumah sakit, serta anak sekolah Raudathul Jannah. Keluarga pasien ada yang udah tua, tidak punya Android. Ada juga yang barangnya ketinggalan di rumah saat dirawat. Sementara tidak bisa menjemput, maka tak lepas dari bantuan kami," ulas Son.

"Senin hingga Jumat, itu adalah hari dimana orderan meningkat. Kalau Sabtu dan Minggu sepi penumpang, karena  poliklinik hari Minggu tutup dan anak sekolah libur. Jadi, kami masih setia mangkal disini," tambah Son senyum sumringah.

Masih dalam keterangan Son, hanya ada dua pangkalan ojek yang masih bertahan di Kota Payakumbuh. Pertama yang ada di depan RSUD dr Adnaan WD, dan yang ke dua pangkalan ojek dekat Bofet Sianok, di Pasar Payakumbuh. "Hanya ada dua pangkalan ojek yang eksis di Kota Payakumbuh yang Saya tau, satu disini, yang ke dua di pangkalan ojek di Sianok," jelas Son.

Kembali ke cerita Jalu, bahwa ia tidak sedikitpun merasa tersaingi oleh ojek daring. Karena rezeki, masing- masing sudah ada. Dan, Jalu tetap optimis bahwa pangkalan ojek yang telah mereka tempati puluhan tahun akan tetap bertahan, kendati digempur oleh moda transportasi berbasis aplikasi daring. "Rezeki kami disini, di pangkalan ojek ini. Kami akan tetap bertahan dengan cara ini, mencari rezeki.Tidak semua penumpang yang keinginannya bisa ditampung oleh aplikasi. Maka itu, kami solusinya," tutup Jalu penuh harap.(Anton Wijaya)

Posting Komentar untuk "Alasan Pangkalan Ojek Masih Bertahan Ditengah Gempuran Aplikasi Transportasi Daring"