Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengenalan Program Studi Nan Menakutkan

Medianers ~ Dodi menegur, “lho kok melamun,” sambil mengusap rambut, “ah, nggak,” bantahku. Lalu kami terdiam sejenak, dan aku mengajukan pertanyaan pada Dodi, “oh ya, PPS itu apa saja kegiatannya Di ?” Dengan semangat Dodi menceritakan, “sebenarnya PPS itu konsepnya bagus, yaitu memperkenalkan program studi pada mahasiswa/wi baru. Yah, sesuai dengan kepanjangan PPS, yaitu Pengenalan Program Studi.”

Dodi menambahkan, “PPS dilaksanakan oleh pihak Kampus, di bawah kendali Pudir 3 bidang Kemahasiswaan. Dan, pengurus Senat Ikatan Keluarga Mahasiswa juga dilibatkan sebagai panitia pelaksana.”

Dodi melanjutkan, “sayangnya dalam praktek PPS selama 3 hari, kegiatan itu diselewengkan oleh mahasiswa/wi senior yang tergabung dalam panitia pelaksana. Kami peserta, diplonco, disuruh mengenakan kaca mata hitam bolong, pakai dasi dari petai, kami berdandan seperti ‘orang gila’ dan nama kami juga diganti menjadi nama penyakit, seperti Marasmus (Kurang Gizi), dan Obesitas (Kelebihan berat badan),“katanya.

Tanpa basa-basi, Dodi terus nyerocos, “khusus pemberian nama, saya setuju," ulasnya.

Sambil memperhatikan mimik Dodi bercerita, saya ulas,” alasanya?”

Lalu Dodi menjelaskan, “ya, karena cocok aja, kalau orangnya kurus, diberi nama Marasmus, seperti teman saya,” sambil menunjuk orang yang diberi nama Marasmus saat PPS.

Mendapati hal itu, saya tertawa, “Ha. haa.. haa…,” tanpa bermaksud merendahkan, aku jadi ketawa, karena orang yang ditunjuk si Dodi memang kelihatan kurus.

“Yang membuat saya lebih setuju dengan pemberian nama suci ini adalah, mahasiswa/wi baru bisa menambah kosa kata medis, dan selama PPS, sebanyak 49 nama/ istilah medis membuat saya menjadi tau. Karena wajib dihafal selama PPS,kalau tidak dapat hukuman dari senior. Akhirnya, saya hafal nama suci, tau nama teman, tau pula arti nama sucinya,” ungkap Dodi.

Saya anguk-angguk 'Balam' saja mendengarkan pemaparan Dodi, rasanya rugi tidak ikut PPS bersama teman seangkatan. Akan tetapi, gimana cara mengembalikan waktu yang telah lewat, imposible.

Sewaktu mendaftar ulang, pihak kampus memberitahukan, bahwa PPS wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa/wi baru, tak terkecuali saya, tahun depan harus menyusul bersama adik tingkat.

Terkait ancaman ‘ Singa Betina’ di gerbang Kampus

Juga saya tanyakan pada Dodi, “apakah mereka akan menepati janji untuk mendatangiku ke kelas ini?” Si Dodi menjawab, “iya, mereka pasti akan menepati ancamannya.” Mendengar jawaban Dodi, saya jadi ciut. Lalu kutanyakan. “Sebaiknya, apa yang harus kulakukan?”

Dengan wajah serius, Dodi menyarankan agar minta maaf dan memperkenalkan diri lagi nanti, saat mereka berada di depan kelas, “sebab mereka , tidak akan takut sama kita anak baru, kalau kamu minta maaf, insyaallah mereka akan legowo,” ulas Dodi.

Saya membela diri, “kan saya tidak salah, kok harus minta maaf ?” Dodi menegaskan, “ya, saya tau. Tapi, undang-undang di sini berbeda. Senior selalu benar, berada di pasal 1. Sedangkan pasal ke 2 berbunyi : Apa bila senior salah, kembali pada pasal 1. Nah, istilah senior salah, dan kamu benar tidak akan ada di sini. Yang ada hanya, senior selalu benar."

Percakapan antara saya dan Dodi belum selesai. Tiba-tiba ada suara keras, semuanya diam, dan duduk yang rapi, "kakak angkatan 3 mau kesini," instruksi salah seorang cewek yang ada di lokal kami.

Suara ribut langsung menjadi hening, dan teman-teman yang ada di lokal berusaha untuk merapikan tempat duduk serta posisi.

Saya jadi heran, sepertinya orang-orang yang ada dalam lokal ini benar-benar takut dengan gerombolan senior yang akan menuju kesini, yang pernah mengancam di gerbang Kampus.

Sebenarnya, apa yang telah mereka lakukan pada calon teman-teman (baca : mahasiswa baru) yang ada di Lokal ini, sehingga mereka kelihatan ketakutan sekali. Saya juga tak habis pikir, kenapa segerombolan senior itu senang mengintimidasi mahasiswa baru dalam bentuk perpeloncoan?

Ah, aku jadi bingung dan cemas. Menunggu giliran, bagaimana nasibku nanti jika mereka masuk ke lokal ini ?. (Anton Wijaya/*4)