Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Stetoskop Unik Pasca Letusan Gunung Api

Medianers ~ Hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010 silam Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 2.930 mdpl terletak di Provinsi Jawa Tengah dan DIY memuntahkan lahar panas (Lava Pijar) sekitar pukul 19.54 WIB. Akibat dari gunung nan 'muntah api' itu mengakibatkan sedikitnya 353 orang tewas.

Setidaknya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo dan dusun Petung. Letusan tersebut menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan menenggelamkan puluhan dusun yang berjarak sekitar 5 hingga 10 km dari puncak.

Gunung Merapi nan memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas itu juga merenggut juru kunci gunung merapi yang sekaligus rumahnya berjarak sekitar 5 km dari puncak gunung. Yaitu, Mbah Marijan.

Stetoskop milik warga tertempel di dinding rumah yang telah dimuseumkan, di Dusun Petung, Kepuharjo, DIY./ Photo: Anton Wijaya

Satu tahun setelah bencana alam erupsi merapi nan dramatis demikian, menyisakan luka mendalam sekaligus membawa perubahan besar. Masyarakat setempat mulai berbenah. Warga sekitar direlokasi oleh pemerintah daerah untuk tidak boleh lagi tinggal di daerah rawan bencana tersebut. Rekomendasi Pemda minimal boleh tinggal radius 10 kilometer. Namun, lokasi dan rumah yang terdampak dijadikan sebagai situs bersejarah dan jadi areal wisata offroad menarik untuk dikunjungi.

Pekan lalu, (13/5) penulis berkesempatan mengunjungi rumah salah seorang warga yang berprofesi guru terletak di Dusun Petung, Kelurahan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY.

Saat penulis berkunjung ditemani oleh pemandu wisata Offroad Lava Tour bernama Tulus, ( 33 tahun) warga setempat dari komunitas Jeep Wisata Toyota Land Cruiser Merapi (TLCM) mengantarkan pada lokasi rumah salah seorang guru di dusun Petung yang berjarak dari puncak gunung sekitar 7 km.

Di lokasi, ada sesuatu hal menarik menurut penulis, yakni adanya Stetoskop yang ditempel ke dinding. Stetoskop telah rusak, karena terkena hawa panas. Stetoskop dimaksud merupakan milik warga (guru) yang digunakan untuk pemeriksaan kesehatannya semasa masih tinggal disana.

"Warga sekitar gunung ini pada umumnya memiliki Stetoskop dan tensimeter untuk pemeriksaan kesehatannya dirumah. Mereka bisa melakukannya sendiri, karena sudah dilatih oleh tenaga kesehatan." Jelas Tulus, saat mengenalkan pada penulis.

Tulus menambahkan, semua barang-barang yang dipajang ini adalah milik, pemilik rumah ini yang sudah direlokasi, namun rumah dan alat-peragat rumahnya telah diserahkan untuk dijadikan museum.

Penelusuran penulis selain Stetoskop, juga terpajang alat makan, dan dapur yang ditata serta photo-photo paska erupsi, serta ada pula miniatur rumah sebelum terjadinya letusan. Bahkan, ada 2 kerangka sapi yang di pajang di beranda rumah.(AntonWijaya)