Tolong Hentikan Eksploitasi Atribut Perawat
Medianers ~ Akhir tahun 2017 salah satu pengelola karaoke di Karanganyar, Jawa Tengah pernah disurati oleh PPNI, karena menggunakan atribut Perawat, berpose tidak etis alias tak senonoh terpajang di baliho, sebagai iklan.
Singkat cerita, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) meminta pihak terkait, mencabut baliho serta menyampaikan permintaan maaf. Sebab , dianggap sangat menganggu dan melecehkan profesi Perawat. Akhirnya, pengelola karaoke mengabulkan, dan menyampaikan permintaan maaf.
Tahun 2018, eksploitasi terhadap atribut Perawat oleh pihak lain pun kembali terulang. Seperti akun Instagram @bellasophie5292 misalnya, mengunggah gambar kumpulan wanita berpenampilan 'centil' tapi menggunakan kap (topi) yang biasa digunakan Perawat.
Meski atribut yang digunakan berwarna pink, tapi jelas karakter yang ditampilkan, sosok nan identik dengan profesi Perawat, namun pakaiannya tidak etis, karena terlalu vulgar dan mencitrakan kondisi genit, dan haus perhatian.
Menanggapi unggahan @bellasophie5292 itu, di grup tertutup Suara Perawat (Super), mayoritas isinya Perawat menggerutu akan hal itu, sebab di lapak @bellasophie5292 tidak bisa dikomentari.
Hingga muncul pertanyaan, mengapa selalu atribut Perawat dieksploitasi, kalau tidak menyeramkan dan menakutkan, berarti sosok nan genit dan centil.
Tidak itu saja, parahnya atribut Perawat pun masuk layar lebar, tapi sebagai sosok yang hina, ngesot, dan jadi hantu. Sebagai Perawat, sungguh menyakitkan melihat kondisi demikian.
Sebetulnya atribut yang dieksploitasi oleh orang-orang itu, sangat bertentangan dengan tujuan mulia profesi Perawat. Seperti Kap ( baca : topi Perawat). Penggunaanya bukan perkara sepele.
Untuk dapat mengenakan Kap, seorang Perawat wajib menjalani sumpah profesi. Sedangkan mahasiswa Keperawatan yang akan praktik di rumah sakit, puskesmas dan layanan kesehatan lainnya, tentunya akan menggunakan Kap atau atribut Perawat.
Maka, juga dilakukan sumpah mahasiswa Keperawatan yang ditandai dengan pemasangan Kap, didalam sebuah acara seremonial bernama 'Capping Day'. Ini, berlangsung setelah mahasiswa Keperawatan menyelesaikan tingkat satu.
Jadi, menggunakan kap Perawat, untuk eksploitasi demi mendapatkan keuntungan pribadi, tidak bisa dibenarkan. Apalagi telah melecehkan karakter profesi. Hal demikian, bisa menjadi persoalan serius dikemudian hari.
Penggunaan atribut Perawat, sama halnya dengan menggunakan baret militer. Atau atribut Tentara dan Polisi, tidak bisa sembarangan digunakan oleh orang-orang yang tidak berhak, karena bisa disalah gunakan.
Kepada pihak yang ingin berkreasi, berinovasi maupun berpromosi, terkait berpakaian, mohon hentikan penggunaan atribut profesi Perawat. Terutama atribut Perawat yang tidak etis, nan menyalahi norma.
Jangan eksploitasi dan giring citra profesi Perawat dalam bentuk negatif, apalagi melecehkan. Karena untuk menjadi Perawat butuh pengorbanan, Kap Perawat sesuatu yang sakral, dan tidak digunakan sembarangan. Tolong hentikan eksploitasi atribut Perawat. (Anton Wijaya/ Foto : thesafetystore.com)
Singkat cerita, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) meminta pihak terkait, mencabut baliho serta menyampaikan permintaan maaf. Sebab , dianggap sangat menganggu dan melecehkan profesi Perawat. Akhirnya, pengelola karaoke mengabulkan, dan menyampaikan permintaan maaf.
Tahun 2018, eksploitasi terhadap atribut Perawat oleh pihak lain pun kembali terulang. Seperti akun Instagram @bellasophie5292 misalnya, mengunggah gambar kumpulan wanita berpenampilan 'centil' tapi menggunakan kap (topi) yang biasa digunakan Perawat.
Meski atribut yang digunakan berwarna pink, tapi jelas karakter yang ditampilkan, sosok nan identik dengan profesi Perawat, namun pakaiannya tidak etis, karena terlalu vulgar dan mencitrakan kondisi genit, dan haus perhatian.
Menanggapi unggahan @bellasophie5292 itu, di grup tertutup Suara Perawat (Super), mayoritas isinya Perawat menggerutu akan hal itu, sebab di lapak @bellasophie5292 tidak bisa dikomentari.
Hingga muncul pertanyaan, mengapa selalu atribut Perawat dieksploitasi, kalau tidak menyeramkan dan menakutkan, berarti sosok nan genit dan centil.
Tidak itu saja, parahnya atribut Perawat pun masuk layar lebar, tapi sebagai sosok yang hina, ngesot, dan jadi hantu. Sebagai Perawat, sungguh menyakitkan melihat kondisi demikian.
Sebetulnya atribut yang dieksploitasi oleh orang-orang itu, sangat bertentangan dengan tujuan mulia profesi Perawat. Seperti Kap ( baca : topi Perawat). Penggunaanya bukan perkara sepele.
Untuk dapat mengenakan Kap, seorang Perawat wajib menjalani sumpah profesi. Sedangkan mahasiswa Keperawatan yang akan praktik di rumah sakit, puskesmas dan layanan kesehatan lainnya, tentunya akan menggunakan Kap atau atribut Perawat.
Maka, juga dilakukan sumpah mahasiswa Keperawatan yang ditandai dengan pemasangan Kap, didalam sebuah acara seremonial bernama 'Capping Day'. Ini, berlangsung setelah mahasiswa Keperawatan menyelesaikan tingkat satu.
Jadi, menggunakan kap Perawat, untuk eksploitasi demi mendapatkan keuntungan pribadi, tidak bisa dibenarkan. Apalagi telah melecehkan karakter profesi. Hal demikian, bisa menjadi persoalan serius dikemudian hari.
Penggunaan atribut Perawat, sama halnya dengan menggunakan baret militer. Atau atribut Tentara dan Polisi, tidak bisa sembarangan digunakan oleh orang-orang yang tidak berhak, karena bisa disalah gunakan.
Kepada pihak yang ingin berkreasi, berinovasi maupun berpromosi, terkait berpakaian, mohon hentikan penggunaan atribut profesi Perawat. Terutama atribut Perawat yang tidak etis, nan menyalahi norma.
Jangan eksploitasi dan giring citra profesi Perawat dalam bentuk negatif, apalagi melecehkan. Karena untuk menjadi Perawat butuh pengorbanan, Kap Perawat sesuatu yang sakral, dan tidak digunakan sembarangan. Tolong hentikan eksploitasi atribut Perawat. (Anton Wijaya/ Foto : thesafetystore.com)