Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kata Kata Bijak Perawat, Memotivasi Pasien Jelang Amputasi

Medianers ~ Kata - kata bijak Perawat tentu sangat diharapkan di pelayanan kesehatan, agar pasien ( baca : klien) dan Keluarga yang mendengar sejuk hatinya, serta termotivasi untuk menjalani perawatan serta pengobatan sebagaimana mestinya.

Adapun kata- kata bijak Perawat yang diharapkan pasien dan keluarga adalah bagaimana seorang Perawat mau dan mampu memahami keadaan pasien dan keluarga, serta mampu menyampaikan kalimat dengan baik, agar pasien mudah memahami tentang perjalanan penyakit, maupun tentang proses pengobatan dan pemulihan pasien selama dirawat.

Contoh Kata Kata Bijak Perawat Memberikan Motivasi
Dapat dicontohkan, pada suatu kesempatan, seorang pasien tertunduk layu, ia menolak untuk dilakukan amputasi pada pergelangan tangan kanannya yang mana tinggal tulang saja, kulit dan daging sudah lenyap, dan tulang yang tersisa mengeluarkan aroma busuk. Bahkan orang disekeliling mulai menutup hidung.

Dokter menganjurkan dilakukan tindakan amputasi, sebab tidak memungkinkan tumbuh jaringan baru, seperti otot atau daging pada lokasi tersebut. Mendapati saran demikian pasien menolak, karena ingin mempertahankan anggota tubuhnya.

Berhubung, Perawat memiliki waktu dan interaksi yang banyak dan lama dengan pasien di bangsal perawatan, Perawat dituntut mampu membangun komunikasi terapeutik dengan pasien, sehingga bisa memberi pemahaman, dan memotivasi dengan bijaksana.

Tidak saja di bangsal, di Instalasi Bedah Sentral pun, Perawat tidak lepas dari Asuhan Keperawatan mengarah psikososial dan spiritual. Teman penulis, Muhammad Idral yang dinas di Kamar Bedah pernah punya pengalaman, tentang cara membangun komunikasi yang bijak dengan pasien.

"Saya tatap mata pasien, sembari memberi sentuhan, bahwa Tuhan maha tau apa yang terbaik untuk umatnya, petugas medis hanya menyampaikan apa yang ia yakini sesuai teori. Sesungguhnya keputusan ada pada ibuk," kata Muhammad Idral menirukan.

Kemudian Muhammad Idral mengatakan pada penulis," pasien terlihat berlinang air matanya, dan ia menyatakan belum siap menerima kenyataan jika tindakan amputasi tetap dilakukan, sebab ia masih gadis, dan takut suatu hari nanti tidak ada pria yang menyukainya dengan keadaan cacat," demikian ia menirukan.

Mendapati keluhan demikian, memang dilema bagi petugas kesehatan, termasuk Perawat yang dinas di Rumah Sakit. Pasien menolak dilakukan tindakan amputasi, dan pasien meminta keluar untuk diantarkan kembali ke bangsal perawatan.

"Tugas kita adalah berusaha, dan yakinkan diri bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dikemudian hari dengan pengobatan ini. Bersedih dan berputus asa tidak ada gunanya, "saran Muhammad Idral pada pasiennya.

Muhammad Idral pun mengutipkan ayat Alquran, surat Al Baqarah pada pasiennya bahwa, “boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS. Al Baqarah 2: 216]

Pembaca yang budiman, memang hidup adalah pilihan, diantara pilihan itu, terkadang tidak ada satupun yang kita sukai atau butuhkan. Tapi, sebenarnya jika diterima lapang dada, akan ada sesuatu hikmah sebaliknya yang akan membuat kita lebih bersyukur.

Dengan berat hati pasien menumpahkan rasa sedihnya, serta menangis terisak-isak. Sesungguhnya, ia berat melepaskan jari-jari hingga pergelangan tangan yang telah tampak tulang. Namun, ia tidak kuasa mempertahankan, sesungguhnya itulah yang membuat keresahan baginya.

Singkat cerita, kata-kata bijak Perawat terasa penting disaat pasien sulit mengambil keputusan. Baik untuk memotivasi, maupun memberi ketenangan pada pasien yang dirawatnya.

Akhirnya, pasien yang menolak tadi, bersedia dilakukan tindakan amputasi pada tulang yang sudah tidak ada lagi daging, maupun kulit nan melapisi. Beberapa hari kemudian, menjelang keluar rumah sakit, pasien tersebut terlihat sumringah didampingi keluarganya, dan ia menyampaikan terima kasih, demikian cerita Muhammad Idral, pada Medianers.(Anton Wijaya/ Ilustrasi pixabay.com)