Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tanpa Kantung Empedu Bisakah Manusia Hidup Normal?

"Medianers ~ "Pak, bisakah manusia hidup normal, tanpa kantong empedu?" Pertanyaan tersebut saya ajukan pada dokter Ridwan Muchtar, spesialis bedah umum di RSUD dr Adnaan WD. Saya menanyakan itu, karena ia dengan dokter Anbiar Manjas, ahli bedah khusus pencernaan baru saja selesai melakukan operasi pengangkatan kantung empedu, yang dikenal dengan Kolesistektomi.

Sebelum dokter Ridwan menjawab pertanyaan saya, dokter Anbiar Manjas menjawab duluan,"ya bisalah, urang nan ndak ba utak se bisa hiduik normal," (ya bisa! orang yang tidak punya 'otak' saja, bisa hidup normal) jawabnya, sambil berseloroh.

Mendengar jawaban dokter Anbiar Manjas, saya dan beberapa orang lainnya di dalam ruangan ketawa terbahak-bahak mendengar jawaban ngelantur dokter Anbiar Manjas, dan beliau pun cengengesan melihat kami ketawa. Yah, dokter Anbiar terkenal suka bergarah.

Terlepas dari bercanda. Dokter Ridwan Muchtar menjelaskan, bahwa "pasien yang telah diangkat kantung empedunya bisa hidup normal, hanya saja tidak bisa mengkonsumsi diet tinggi lemak."

Dan, beliau menambahkan, "jika mengkonsumsi makanan tinggi lemak, mengakibatkan pasien mencret, sebab Kantung Empedu yang biasanya sebagai penetralisir lemak dan membantu proses penyerapan lemak dalam pencernaan/usus halus menjadi tidak lagi berperan."

Saya lanjut bertanya pada dokter Ridwan, " seandainya tidak diangkat/dioperasi pasien yang menderita batu kantung empedu apa yang akan terjadi pak," dokter Ridwan mengatakan, "dalam jangka waktu tertentu akan terjadi penyumbatan pada saluran duktus sistikus yang bisa mengakibatkan peradangan, menimbulkan nyeri hebat di ulu hati, mata dan badan kelihatan kuning, serta komplikasi lain yang lebih parah. Sehingga penanganannya akan menjadi rumit."

Pertanyaan saya berikutnya, "apa saja tanda dan gejala seseorang menderita batu kantung empedu," penuturan dr. Ridwan Muchtar,Sp.B alumni kedokteran UNAND yang tiap hari mengabdi di RSUD dr Adnaan WD dan praktek sore di Apotik Murah Parma ini, mengatakan, bahwa, "tanda dan gejala orang menderita batu kantung empedu (cholelitiasis) adalah merasa perih di ulu hati, merasakan kembung dan seperti gejala maag. Jika pasien tersebut perempuan, berusia 40 tahunan dan gemuk, maka akan dicurigai ada batu pada kantung empedunya. Untuk memastikan, akan di lakukan pemeriksaan penunjang USG."

"Dalam mendiagnosis cholelitiasis rumusnya 3 F. Yaitu Fat, Female dan Fourty. Artinya, Fat sama dengan tubuh berlemak, dan Female adalah wanita. Wanita mayoritas penderita batu kantung empedu. Sedangkan fourty adalah empat puluh tahun, di usia 40-an biasanya tanda dan gejala akan muncul."

Dokter Ridwan mengakhiri pembicaraan, bahwa "rumus 3 F tidak mutlak, kemungkinan lain penyebab batu kantung empedu masih ada, rumus 3 F hanya sebatas panduan,"bebernya.

Sebenarnya rumusannya ada 4, namun beliau lupa "F" yang satu lagi, jadi penulis menyimpulkan menjadi 3.

Dalam petikan wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa penyebab dari cholelitiasis adalah gaya hidup dan pola makan yang tidak ideal. Olah raga yang kurang sehingga badan penuh dengan lemak yang akhirnya kantung empedu bekerja ekstra untuk menetralisir lemak dalam pencernaan atau menumpuknya kolesterol melebihi batas normal dalam kantung empedu sehingga mengkristal dan menjadi batu.

Terkait pola makan tidak ideal, yakni mengkonsumsi lemak yang keterlaluan sehingga kantung empedu seakan di paksa bekerja keras untuk membantu penyerapan lemak yang ada dalam usus, dalam jangka waktu lama akhirnya kantung empedu sendiri yang menerima masalah, kolesterol yang menumpuk menjadi batu-batu kecil dalm kantung empedu.

Kenapa orang kurus pun terkena cholelitiasis? Nah seperti yang diungkapkan dokter Ridwan, bahwa 3 F tidak mutlak penyebab dari cholelitiasis, masih ada faktor lain. Pembaca penasaran? Silahkan ajukan pertanyaan,dan saya sebagai fasilitator akan menuliskannya di Medianers, tentunya berdasarkan pendapat dari narasumber yang sama, dr.Ridwan Muchtar,Sp.B Atau pembaca juga bisa berkonsultasi langsung dengan dokter terdekat atau pelayanan kesehatan lainnya.(AntonWijaya).