Danau Maninjau
Tiap pulang kampung, dari Payakumbuh ke Sungai-Geringging (Pariaman), saya lebih suka melewati jalur Bukittinggi- Kelok 44- Danau Maninjau, dan Lubuk Basung.
Danau Maninjau |
Jalan Kelok 44 terbilang medan penuh tantangan, pengemudi dituntut ekstra hati-hati membawa kendaraan. Selain penuh tantangan, jalur ini memiliki pesona alam laur biasa. Karena alamnya yang mempesona itu yang membuat saya senang memilih jalur ini.
Penat berkendaraan, singgah di Kelok 36, di sana ada cafe, sambil meneguk kopi sekalian menikmati pemandangan Danau Maninjau. Kesejukan udara juga menambah betah untuk duduk berlama-lama, karena daerahnya tinggi dan berbukit serta dikelilingi hutan.
Lelah terobati, saya melanjutkan perjalanan, di kelok 5 ketemu Kera yang sudah akrab dengan manusia. Ia tidak takut melihat kendaraan lalu-lalang. Malahan senang dilempari makanan, seperti roti, kerupuk, dan buah-buahan.
Selain rasa di kebun binatang, pesona alam kampung Buya Hamka ini mampu memukau pengendara dengan keindahan dan kesejukan alamnya, serta keramahan binatang yang bisa berinteraksi dengan manusia.
Sehabis kelok 44, ada pasar Maninjau. Di sekitar pasar hingga sepanjang tepi danau banyak hotel melati yang siap menampung pengunjung untuk melepaskan lelah. Hotel-hotel yang ada di tepi danau maninjau, kelihatan sederhana, tapi bermanfaat bagi bule mancanegara, juga pengunjung luar daerah.
Saya belum pernah menginap di sana, hanya lewat dan menikmati pemandangan serta melihat bule dengan tas ranselnya.
Selain keindahan alam nan memukau, alasan lain yang membuat saya melewati kelok 44 dan Maninjau adalah badan jalan tidak berlubang serta kemacetan tidak pernah bersua, sehingga perjalanan menjadi lancar. Dan, sambil pulang kampung juga bisa bertamasya. (AntonWijaya)