Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik

Medianers ~ Ny. X , usia 35 tahun datang ke IGD bersama suaminya. Saat masuk pintu IGD, Ny. X kelihatan meringis menahan rasa nyeri dan memegang perutnya.

"Silahkan berbaring buk" ajakan seorang Perawat cantik dengan ramah, sambil mengarahkan Ny.X untuk tidur telentang agar bisa di periksa tanda-tanda vitalnya (vital sign).

Setelah melakukan vital sign Perawat cantik mendokumentasikan hasil temuannya dalam file anamnesis. Seraya menganamnesa keluhan utama pasien.

Berselang beberapa detik, dokter jaga IGD juga menghampiri pasien. " Selamat malam buk, keluhan Ibuk apa? Ungkap dokter ganteng sambil menghadiahi senyuman manis pada pasien yang sedang merintih kesakitan.

" A a anu dok, perut bagian bawah saya sakit sekitar sejak 2 jam yang lalu, rasa nyeri menjalar ke pinggang, dan saya merasa tak berdaya." Ny.X menjelaskan tertatih-tatih pada dokter ganteng.

"Okey..apa lagi yang Ibuk rasakan" balas sang dokter, sambil menyentuh nadi pasien. "Aduhhh..perut bagian kanan bawah saya nyeri sekali dok" kata pasien, sambil mengerang kesakitan. Lalu dokter melakukan pemeriksaan fisik, " maaf buk perutnya saya periksa" sambil menekan, mengetuk dan mendengarkan dengan stetoskop, dokter ganteng berusaha mencari tau penyebab atau sumber nyeri ibu tersebut.

"Apakah Ibuk merasa nyeri saat saya tekan dan lepas perut kanan bagian bawahnya?" Nyeri tekan iya dok, tapi tidak nyeri lepas" jawab pasien. Dokter ganteng mulai curiga Ibuk itu mengalami Appendiksitis.

Tiba-tiba, " dok ! ibu ini pucat sekali, apa perlu saya siapkan untuk pengambilan sampel darahnya? " celetuk Perawat cantik. " Boleh, cek Hb-nya sekalian" ungkap dokter ganteng. Lalu, ia bertanya, "Tekanan darah Ibuk ini berapa Ners?" Cekatan, Perawat cantik menjawab, " 90/70 mmhg dok !". Dokter mengorder. "Ya udah, siapkan sekalian infusnya" pinta sang dokter.

"Kenapa ibu pucat sekali, apakah ibu tidak makan?" Tanya sang dokter. " Tidak dok, saya makan 3 jam yang lalu" jawab pasien. "Lho, apakah Ibuk ada perdarahan? Tanya dokter lagi? " betul dok, saya seperti haid sejak 3 hari ini, tapi darahnya banyak keluar". Ungkap pasien. " "Apakah Ibuk hamil," tanya dokter ganteng. " "Nggak tau dok. Tapi, saya udah 6 minggu ini nggak datang haid, baru 3 hari ini keluar banyak darah," jawab pasien.

"Kita periksa urine Ibuk ya, apakah ibu hamil atau tidak" sambil jalan, sang dokter mengisi hasil pemeriksaannya pada file dokumentasi. Tidak berapa lama, Ibuk mulai mengalami keletihan luar biasa, ia kelihatan lunglai dan pucat pasi.

Suaminya cemas, "suster.Suster! Gimana ini" tergesa-gesa Perawat cantik dengan temannya berusaha memasang infus.

Berselang menit, hasil pemeriksaaan laboratorium keluar, Ibuk itu ternyata positif hamil, dan ia pucat karena hemoglobin dalam darahnya turun karena kehilangan darah, yakni 7 gram/dl.

Melihat fakta demikian, dokter jaga langsung menghubungi konsulen ahli kebidanan dan kandungan. Tidak berapa lama, dokter ahli kandungan yang sedang istirahat di rumahnya pun datang ke IGD, dan meminta untuk di siapkan alat pemeriksaan USG, untuk memastikan  apakah pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut karena kehamilan ektopik atau tidak?

Ternyata dari hasil USG, pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut, dokter ahli kebidanan meminta agar operasi emergency di siapkan segera, untuk mengatasi kehilangan darah. Perdarahan dalam rongga perut Ny.X di biarkan dalam hitungan jam bisa berakibat fatal, Ny.X bisa kehabisan darah, dan jantung pun bisa berhenti bergerak.

Kemudian dokter kebidanan , meminta agar cairan infus full, kapan perlu pasang 2, pada tangan dan kiri. Serta siapkan darah untuk transfusi.

Sementara Ny.X kelihatan lemas sekali, dan terkapar di atas brankar yang akan di dorong ke kamar operasi, sepertinya keadaan umumnya terus menurun. Dan, suaminya kelihatan panik sekali. Lalu, sambil jalan, pada situasi yang panik tersebut,  Suami Ny.X diberi penjelasan oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan  tentang kondisi kekinian istrinya, serta meminta persetujuan tertulis untuk dilakukan tindakan pembedahan laparatomi.

Seakan tidak percaya, suami 'terpaksa' menanda tangani surat izin operasi, bahwa ia bersedia untuk dilakukan tindakan medis invasif pada istrinya, yang sewaktu-waktu akan bisa menimbulkan resiko, bahkan kematian atau komplikasi. Dan, pada kasus emergency, sangat jarang penanggung jawab pasien menolak untuk dilakukan tindakan. Meskipun telah berbunyi, jika ditemukan resiko yang bisa berujung pada kematian atau kecacatan maka keluarga tidak akan menuntut secara hukum.

Kira-kira demikianlah gambaran kasus Kehamilan ektopik yang tidak terdeteksi, sehingga tuba falopi pecah, dan pasien mengalami perdarahan hebat dalam rongga perut, yang sulit di ketahui tanpa alat pemeriksaan dan kejelian saat pemeriksaan oleh insan kesehatan.

Nah, bagi anda yang penasaran ingin mengetahui secara lengkap dan jelas tentang kehamilan ektopik, dapat di baca di artikel berjudul " Kehamilan Ektopik Hamil di Luar Rahim".(AW)