Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perawat Tidak Akan Lari Malam Meskipun Dikasari

Medianers ~  Pada kesempatan yang berbahagia ini, Kamis, (28/7) Medianers menyempatkan diri berkunjung ke Bangsal Teratai RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh. untuk melihat aktifitas Perawat seperti apa hari ini? Apakah mereka terganggu dengan pemberitaan miring tentang pelayanan Perawat akhir-akhir ini di media?

Medianers menyapa mbak Yetik yang lagi sibuk menyiapkan dan menginventarisir daftar obat yang akan diberikan pada pasien. Saat Medianers sapa, mbak Yetik mohon izin untuk tidak diganggu, karena sedang hati-hati menyiapkan obat.

Pemberian obat ke pasien, setidaknya ada prinsip 6 benar yang wajib dipahami Perawat, diantaranya: Obat benar, pasien benar, waktu benar, cara benar, dosis benar dan dokumentasi benar.

Bilamana salah satu unsur di atas salah, bisa berakibat fatal. Contohnya, pasien bernama fulan ada 2 orang yang di rawat, umur sama, tapi penyakit berbeda. Bila tidak teliti, bisa saja Perawat salah memberikan obat, terpengaruh dari nama pasien sama.

Demikian juga dengan dokumentasi, obat apa yang telah diberikan dan kapan waktunya, wajib di catat di file pasien. Jika tidak, Perawat lainnya bisa saja memberikan obat tersebut kembali, karena ia merasa obat belum diberikan, karena tidak ada dalam catatan.

Atas dasar itu, Medianers sabar menunggu mbak Yetik yang memiliki nama lengkap Yetik Pujiariana, kelahiran 1982, asal Tuban, Jawa Timur.

Setelah beberapa menit menunggu. "Ada apa Mas? Saya sudah selesai," ucap Mbak yetik.

Sambil duduk di atas kursi dekat Nurse Station, mbak Yetik mencurahkan pengalamannya pada Medianers. Apa yang ia sampaikan tentunya berdasarkan pertanyaan yang Medianers ajukan.

Wanita ramah yang suka senyum ini telah memiliki 2 orang putra dari pasangan suami Prajurit TNI bertugas di Batalyon Infanteri 131 Braja Sakti Payakumbuh, Ia mengatakan, "Saya pernah dikata-katai oleh keluarga pasien saat menjalankan tugas. Kan, aturan di RSUD dr Adnaan WD jelas, bahwa keluarga yang boleh menunggu hanya 1 orang di dalam ruangan. Boleh bebas masuk dan bergantian di jadwal kunjungan. Ketika itu, 2 orang yang menunggu, saya sampaikan baik-baik, demi kenyamanan pasien, bapak boleh menunggu hanya 1 orang. Yang satu lagi silahkan menunggu gantian. Eh, malah dia marah-marah. Padahal saya menyampaikannya dengan baik-baik," ucap mbak Yetik penuh sabar.

Tugas Perawat di bangsal rumah sakit, tidak saja merawat, mencegah infeksi dan memberikan obat, tapi juga menegakan peraturan di tempat ia berdinas.

Peraturan ini bukan mereka yang membuat, bukan juga atas keinginan manajemen, tapi salah satu syarat standar Rumah Sakit menuju Akreditasi, bahwa kenyamanan pasien dari gangguan kunjungan dan pengaturan jam tamu wajib diberlakukan.

Mbak yetik selaku istri prajurit yang tinggal di asrama Batalyon ini, sangat paham akan bagaimana mengaplikasikan disiplin dan aturan. Karena ia sudah terbiasa menjalaninya di asrama. Namun, saat ia sampaikan pada masyarakat di tempat ia bekerja, sebagai wanita lemah lembut, malahan ia yang digebrak-bentak. Itu pun ia terima saja penuh rasa sabar.

Mbak Yetik, tamatan SPK Depkes, Tuban, tahun 2001 dan menyelesaikan pendidikan Akademi Keperawatan (Akper) Insan Cendekia Medika Jombang, 2008 ini, merupakan pindahan dari RSUD dr koesma, Tuban, Jawa Timur. Ia pindah kerja ke RSUD dr Adnaan WD pada tahun 2014, mengikuti suaminya yang berpindah tugas ke kampung halaman sendiri.

Saat Medianers tanya lagi tentang suka duka jadi Perawat di Rumah Sakit, suaranya serak seakan mau menangis mengingat saat meninggalkan anak yang lagi sakit bersama suami di rumah, namun kewajiban tugas adalah nomor satu. Sebagaimana waktu disumpah, mendahulukan kepentingan orang banyak, dari pada kepentingan pribadi.

Meskipun banyak dukanya, ia sangat menikmati jadi Perawat, bila ia berhasil membuat pasiennya bahagia, pasien yang dirawatnya tersenyum serta mengucapkan terima kasih telah merasa di tolong. Ia tidak ingin lagi mengingat cek-cok dengan keluarga pasien. Karena apa pun pekerjaan pasti memiliki resiko, sebagai pelayan masyarakat, ya demikianlah resiko yang dihadapi Perawat, kalau tidak tertular penyakit, ya dikomplain keluarga pasien. Semuanya siap ia dihadapi.
Kanan Yetik Pujiriana,Amd.Kep dan Kiri Gusma Ernita, AMK saat Medianers wawancarai/ photo: Anton Wijaya

Lain lagi pengalaman Uni Ita, bernama lengkap Gusma Ernita, tamatan Akper Depkes, Jakarta, tahun 1999. Dan, pernah bertugas di Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi, kemudian lulus tes PNS di Pemko Payakumbuh pada tahun 2004.

Dua belas tahun sudah ia berdinas di RSUD dr Adnaan WD, dan telah banyak pula asam-garam, pahit-manis yang ia rasakan sepanjang melayani masyarakat di RSUD dr Adnaan WD. Ia terkenang pernah pula dikasari keluarga pasien, karena merasa diabaikan.

"Ibuk ! infus habis tu, tolonglah pengertian lah saketek. Kata keluarga pasien tiba-tiba saja dibelakangnya," ucap Uni Ita menirukan.

"Saya benar-benar kaget. Padahal saya sedang menunggui pasien yang lagi di kamar mandi untuk buang air kecil, berencana akan mengganti cairan infus pasien tersebut.," imbuh Uni Ita.

"Ketika itu saya urut dada saja. Tidak meresponnya berlebihan, " tukuk Uni yang terlihat memiliki kesabaran tingkat tinggi ini.

Medianers pun menanyakan, "berapa orang yang sedang di rawat di bangsal hari ini uni?" Ia pun menjawab, "sebanyak 23 orang. Dari jumlah total kapasitas rawat inap sebanyak 30 tempat tidur. Kebetulan hari ini tempat tidur kosong sebanyak 7. Dan, yang dinas hanya 2 orang Perawat. Jumlah tenaga Perawat di bangsal Teratai sebanyak 12 orang, yang mana memiliki 3 shift dinas," jelasnya.

Artinya, Uni Ita dan Mbak Yetik melayani sebanyak 23 pasien, ditambah yang menunggu sebanyak 23 orang pula, yang memiliki kebutuhan berbeda yang wajib dilayani selama 8 jam hingga pertukaran shift dinas.

"Saat menjalankan tugas, kadang ada pasien baru masuk dari IGD, pasien kecelakaan, kadang setengah sadar atau pasien pasca operasi, yang di tempatkan di ruangan Recovery Room (RR). Di ruangan tersebut, butuh perawatan intensif dan perhatian penuh dibanding pasien lainnya," terangnya.

"Bila keadaan ini terjadi, maka kita yang dinas, makan saja tidak sempat, apa lagi main hp. Tapi, bila tempat tidur tidak terisi penuh atau tidak ada pasien di RR, Perawat bisa sedikit bersantai," tambahnya.

"Dan, yang paling dilematis itu adalah, pasien dirujuk, sementara kita yang dinas sore atau malam, berdua saja, maka ini menimbulkan persoalan, beban tugas bertambah berat. Satu orang melayani seluruh pasien yang di rawat, dan perawat satu lagi pergi mendampingi pasien yang di rujuk," lanjut ia ceritakan.

"Kadang saya lupakan saja aturan, keluarga pasien menggedor-gedor pintu, tanpa mau memperdulikan aturan. Saya biarkan saja masuk, dari pada nanti bertengkar dan dibentuk, kitanya udah lelah melayani ditambah lagi masalah baru, maka dari itu saya tidak mau nyinyir," kesah Uni Ita.

Meskipun banyak persoalan, Uni Ita pun tidak akan berniat beralih profesi, karena menjadi Perawat adalah pilihannya, bukan paksaan dari orang lain. Ia juga tidak akan "lari malam" atau lari dari kenyataan.

"Saya sangat mencintai profesi ini, saya bangga jadi Perawat, bisa menolong orang yang butuh bantuan," ungkapnya, mengakhiri pembicaraan. (AntonWijaya).