Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suntik Mati Saya (Bagian 6)

jarum suntik
Jarum suntik/ ilustrasi by Canva
Cerbung, Medianers ~ Suasana hening menyertai isi kamar. Selimut, handuk, pakaian, dan alat rias wajah berserakan di atas ranjang. Kamar Hanny berantakan, tak terurus. "Hiks hi hiks," sambil garuk kepala. "Pergilah semuanya, aku tidak butuh kalian," lalu Hanny melotot ke kaki buntungnya.

Selang 3 menit, Hanny menangis, ia terus menangis. "Aku tidak butuh kalian, enyahlah dari hidupku, pergi, pergi, pergilah kau Bambang," soraknya sekuat tenaga, penuh emosi. Hanny, diintip oleh Sultan dari balik pintu. Ia tidak tega melihat mamanya telah berubah prilaku.

Hanny terkadang juga menangis, berbicara dan tertawa sendiri. Sultan mengetahui mamanya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Hanny sering muram, tidak mau ada orang lain berada di kamarnya. Hanny selalu mengeluarkan kata-kata, "aku tidak butuh kalian, pergilah."

Akhirnya Sultan mengadu pada Anita melalui telepon dan menceritakan kondisi mamanya. "Sudah dulu ya. Saya ingin menceritakan semuanya. Tapi, kita ketemuan ya. Biar saya jemput kamu ke rumah," pinta Sultan lewat telepon genggam. Anita mengiyakan, beberapa jam kemudian Sultan sampai di rumah Anita.

Berdasarkan cerita Sultan. Anita sempat berpikir, kemungkinan Hanny stress berat, berpotensi mengalami Skizofrenia, yaitu gangguan kejiwaan, membuat seseorang berpikir, berperilaku, dan merasakan sesuatu menjadi terganggu. Aktifitas seseorang akan terlihat tidak normal, di mata orang sehat. Kemungkinan hal demikian dialami Hanny saat ini, demikian dugaan Anita.

Anita butuh data tambahan, ia ingin bertanya banyak hal kepada Sultan. Anita ingin mengetahui tentang pemicu Hanny berprilaku seperti itu. Anita merasa prihatin pada Hanny, nan pernah sebagai mantan pasiennya di bangsal Kenanga. Juga pernah memberikan 'kejutan' di hari ulang tahunnya.

Tak menunggu lama, "yuk, kita berangkat," ajak Sultan, sambil membukakan pintu mobil. Anita duduk di depan, di samping Sultan. Mobil kelas Sport Utility Vehicle (SUV) berwarna putih, pabrikan Mitsubishi milik Sultan, dibelikan mamanya produksi tahun 2016 itu melaju pelan. Mobil idaman mayoritas lelaki tajir untuk touring itu, biasanya digunakan Sultan hanya untuk ngumpul bareng komunitas. Kalau untuk pertemuan, biasanya dia menggunakan mobil sedan keluaran Honda.

"Saya hidupkan musik saxophone ya," kata Sultan minta izin. Anita mengangguk. Sayup- sayup suara saxophone membuat Anita dan Sultan rileks. Mobil melaju tenang. Sultan mencuri pandangan, pura-pura melihat kaca spion samping kiri. Wajah Anita dibalut hijab, terlihat asri, mulus, meski tak menggunakan make up. Tampak manis bagaikan madu, apa daya Sultan hanya bisa mencuri pandang saja.

Entah kenapa Sultan merasa teduh, permasalahan keluarga terasa hilang sejenak, ketika melihat paras Anita nan begitu ayu, mempesona. "Duh, kenapa saya bahagia sekali bersama wanita ini," Sultan membathin. Sambil mengusap rambut, Sultan kembali pura-pura melihat spion kiri. Dan, memandang hidung Anita yang mancung, dan bibir tipis merah muda. "Hah, hari ini dia seperti bidadari," ungkap sanubari Sultan nan kasmaran.

Anita hanya diam. Dalam diam, pikirannya terus bergelora, apa yang harus dilakukan untuk membantu Hanny. Anita juga merasa was-was berduan dengan lelaki bukan muhrimnya. Anita memulai pembicaraan, "kita ngobrol disini saja?" tanya Anita. "Oh, sebentar. 3 menit lagi kita sampai, kita bicara di lesehan karabu baluik saja yah," jawab Sultan. "Sekalian kita makan siang, goreng belut balado disini enak," tambah Sultan.

Setibanya di parkiran, Sultan memulai cerita bahwa dulu tempat makan lesehan karabu baluik tidak seramai rumah makan yang dikelola mamanya. Sejak 2 dua tahun terakhir lesehan tersebut digandrungi anak muda maupun keluarga untuk bersantai seraya menikmati kuliner. Sambil mencari tempat duduk dan memesan minuman serta makanan, Sultan terus melanjutkan cerita tentang keluarganya.

"Ketika bersua denganmu di bangsal kenanga. Menurut saya itulah hari bahagia mama. Sejak 2 tahun lalu, mama selalu dirundung masalah, keluarga kami berantakan," ucap Sultan mulai serius bicara. Sultan menjelaskan, bahwa kebahagian mamanya mulai pudar, sejak papanya menikahi wanita cantik dan masih muda. "Papa menikah lagi dengan perempuan cantik dan masih muda, " katanya.

Papa Sultan, si Bambang. Diduga saat ini berada di pulau Jawa. Bambang meninggalkan bencana jiwa untuk keluarga kecilnya di Kota nan sejuk di Sumatera bagian barat. Bambang melarikan harta peninggalan orang tua Hanny. Dia menjual beberapa mobil pribadi, dan melarikan uang kas pendapatan dari 10 restoran yang ia kelola bersama Hanny.

Sejak itu, keuangan Hanny mulai mengalami persoalan. 7 restoran tutup dan tidak bangkit lagi hingga sekarang. 3 restoran tersisa juga mengalami penurunan pendapatan. Bahkan, usaha perhiasan di pulau Jawa juga mengalami pailit, tidak terurus. Sedangkan Hanny sejak ditinggal Bambang mengalami sakit-sakitan. Hingga berakhir amputasi pergelangan kaki.

Menurut Sultan. Papanya kawin lari dengan wanita lain karena tidak tahan dengan mulut Hanny yang kasar. Bambang acap tidak dihargai, dan diperlakukan laik suami. "Mama kasar, sering marah. Mama juga jarang di rumah. Mungkin papa hilang kesabaran, sehingga tega meninggalkan mama, dan membuat keluarga kami hancur," kata Sultan menyesali keadaan. Lalu, ia menundukkan wajah merasa malau membuka aib keluarga.(Bersambung)

Mohon Perhatian

Cerita bersambung yang telah saya posting sampai bagian 6 ini, insyaallah selanjutnya akan saya update kelanjutannya di manga toon. Yaitu sebuah aplikasi untuk menyalurkan hobi nulis novel, cerita fiktif, atau cerita bersambung.

Tatkala, kangkawans atau pembaca berminat mengikuti karangan fiksi saya berjudul, "Suntik Mati Saya," yang telah di bagikan hingga bagian 6 di Medianers, maka untuk selanjutnya dapat membaca sambungannya di aplikasi manga toon.

Dengan cara : khusus bagi pengguna android, download aplikasi manga toon di play store. Setelah terinstal, lalu ketikan tulisan di kolom pencarian, "Bangsal Kenanga," sebab judul telah saya ubah dari "Suntik Mati Saya," menjadi "Bangsal Kenanga."
Setelah itu, sebagai tindakan konfirmasi kangkawans akan menemukan lapak saya sesuai gambar. Silahkan lihat gambar (cover) yang saya sertakan dalam postingan ini. Bagi yang belum mengetahui cerita dari bagian awal, maka dapat membaca di link ini : Suntik Mati Saya (Bagian 1).
Atas semua itu, saya ucapkan terima kasih perhatian dan dukungannya. Dan, mohon doanya, agar cerita bersambung saya ini, bisa menjadi novel yang utuh suatu hari nanti. Setidaknya di manga toon.(Anton Wijaya)