Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penderita Thalasemia Butuh Darah

Sore nan sejuk, tanpa diiringi gerimis, yang akhir-akhir ini Kota Payakumbuh selalu diguyur hujan. Sore itu disambut oleh sepi dari kunjungan, tiba-tiba datang anak perempuan, ia kelihatan pucat dan letih saat digendong ibunya masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Ketika berada di pintu IGD, dipersilahkan masuk oleh perawat dan diminta anak perempuan tersebut berdiri diatas timbangan. Setelah penimbangan berat badan selesai, anak itu terbaring lemas ditempat tidur dan saya penasaran , anak seusia dia seharusnya ceria dan aktif, kok kelihatan pucat sekali dan letih. Saya dekati dan sentuh rambutnya, apa keluhan adek ini dirumah buk? Sembari bertanya pada ibunya. Ibu paruh baya yang raut wajahnya sedih itu menjelaskan, “ Anak saya tidak demam, tapi pucat, lesu,letih dan nafsu makannya menurun sejak beberapa hari yang lalu, saya khawatir kondisinya akan memburuk, sebab dia penderita Thalasemia.“

Sejak lahir sampai umur 8 tahun, adek kecil tersebut sudah 30 kali dirawat di Rumah Sakit. Ibunya tertunduk layu, mungkin memikirkan seperti apa masa depan anak perempuan itu dimasa datang, lalu saya melanjutkan anamnesa, nama adek siapa? Adek perempuan kecil itu hanya diam, kemudian dijawab oleh ibunya, namanya Syifa om.

Syifa adalah pasien langganan bangsal Melati, selalu berulang ke RSUD dr Adnaan WD, 1 bulan yang lalu pernah dirawat selama 5 hari dengan penyakit yang sama yaitu “Thalasemia” . Saat ini ibunya khawatir tidak bisa mendapatkan darah untuk transfusi, sebab setiap dirawat syifa hampir menghabiskan 5 kantong darah untuk meningkatkan kembali kadar Haemoglobin (Hb), sementara mendapatkan darah lumayan susah.

Ibu itu sangat paham tentang therapy yang dibutuhkan syifa, karena seringnya keluar masuk Rumah Sakit, yang dibutuhkan syifa adalah kadar haemoglobin dalam darahnya normal, sementara tubuhnya tidak mampu memenuhi, ia membutuhkan transfusi agar tidak lagi pucat, lesu dan bisa beraktifitas secara normal, seperti anak-anak lainya.

Menurut Ketua Pusat Thalasemia Indonesia Prof Dr Iskandar Wahidijat SpA(K) Thalasemia adalah suatu penyakit genetik yang diturunkan dari kedua orangtua. Thalasemia merupakan suatu kelainan darah akibat tidak cukupnya haemoglobin sehingga penderitanya harus mendapat transfusi darah dan perawatan secara teratur.

Pengobatan Thalasemia menurut Dr. Heru Noviat Herdata Sp.A dalam blognya ”Saat ini pengobatan thalasemia mayor di Indonesia masih berupa transfusi darah, biasanya sekali dalam empat minggu. Anak-anak yang menjalani transfusi biasanya tumbuh normal dan hidup bahagia hingga usia dua puluhan tahun. Di negara maju, pengobatan terbaru adalah dengan cangkok sumsum tulang. Jaringan sumsum penderita diganti dengan sumsum tulang donor yang cocok, biasanya dari orangtua atau saudara sehingga mampu memproduksi sendiri sel-sel darah merah yang cukup mengandung haemoglobin. Cuma, biayanya memang masih amat mahal.”

Rasa Khawatir ibu itu adalah hutang kita bersama, karena masih banyak penderita Thalasemia yang membutuhkan darah dan tidak terekspos oleh media, dengan mendonorkan 1 kantong darah (kurang lebih 250 cc) secara berkala minimal 3 bulan sekali, maka akan memberikan kehidupan baru bagi orang lain yang membutuhkan, seperti penderita Thalasemia.(AW/Foto : pixabay.com)