Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Solusi Tata Kelola Praktek Klinik Keperawatan di Rumah Sakit

Medianers ~ Menyikapi segala kekurangan tentang pembinaan dan bimbingan Mahasiswa Keperawatan di Rumah Sakit bagai mengurai benang kusut. Harus dicari ujung dan pangkalnya, agar tali yang berbuhul bisa diluruskan dan ditempatkan sebagaimana mestinya.

Asumsi sementara, bimbingan Clinical Instruktur (CI) yang berkualitas akan menghasilkan mahasiswa yang kompeten. Begitu sebaliknya, bimbingan amburadul akan melahirkan insan keperawatan asal jadi. Kira-kira sudahkah bimbingan kepada mahasiswa keperawatan berjalan baik di rumah sakit?

Terkait postingan Medianers tempo lalu, tepatnya tanggal 16/2/2012 dengan judul Pembimbing bingung, mahasiswa linglung, Kapan perawat bisa maju? menjadi isu hangat dikalangan sejawat perawat untuk dibahas, begitu juga dari pemerhati profesi keperawatan dan masyarakat.

Isu tentang bimbingan praktek klinik mahasiswa keperawatan tersebut sangat menarik disimak. Pages Perawat di Jejaring sosial facebook telah membagikan, hingga  sampai saat ini (2/3/2012) sudah 377 orang menyukai dan 21 kali dibagikan ulang, serta 138 facebookers mengomentari. Komentar yang muncul sangat beragam, namun dari tanggapan yang masuk tidak ada yang memberikan solusi.

Nah, dikesempatan emas ini Medianers menjawab sekaligus mengemukakan pendapat tentang Solusi Tata Kelola Praktek Klinik Keperawatan di Rumah Sakit Daerah Non pendidikan.

Sesuai dengan kritikan dipostingan tempo lalu, penulis ingin mengulas berdasarkan wawancara kecil-kecilan dan pengamatan dilapangan, bahwa hasilnya bimbingan mahasiswa Keperawatan oleh Clinical Instruktur dilapangan belum maksimal, disebabkan keterbatasan waktu dan tenaga.

Defenisi operasionalnya adalah, bahwa 1 orang CI bisa saja membimbing 6-10 orang mahasiswa di bangsal perawatan, kemudian selain bertanggung jawab terhadap bimbingan, CI juga mempunyai tanggung jawab fungsional sebagai perawat, yaitu menjalankan Asuhan Keperawatan langsung pada pasien.

Disela-sela kesibukan, CI dituntut untuk membimbing, mengajar dan mendiskusikan suatu kasus bersama mahasiswa. Dalam rentang waktu 8 jam untuk sekali dinas, tentunya CI tidak maksimal menjalankan semua itu.

Jika dilimpahkan bimbingan pada perawat lain yang ada dibangsal, otomatis berbeda tanggung jawab, sebab antara CI dan perawat lain yang ada dibangsal berbeda kapasitas dan tanggung jawab, sehingga senior/perawat lain tidak bisa diharapkan pula untuk bisa membimbing mahasiswa dengan maksimal. Perawat/ senior yang ada di bangsal hanya dituntut untuk melaksanakan tugas fungsionalnya sebagai Perawat, bukan sebagai pembimbing.

Berdasarkan fenomena diatas, Medianers ingin menawarkan pembentukan Mentor sebagai solusinya. Mentor adalah Pasangan intens dari orang yang lebih terampil/berpengalaman dengan orang yang mempunyai ketrampilan/pengalaman sedikit, dengan tujuan yang disepakati oleh orang yang mempunyai pengalaman lebih sedikit untuk menambah dan mengembangkan kompetensi yang spesifik. (Murray and M Owen, Beyond the Myths of Mentoring: How to facilitate an Effective Mentoring Program, Jossey-Bass, San Francisco. 1991).

Muncul pertanyaan, dengan pembentukan Mentor, Apakah peran dan tanggung jawab Clinical Instructur ditinggalkan? Tentu jawabnya tidak. Dengan adanya Mentor peran CI bertambah mudah dan lebih profesional, cara kerjanya, yuk kita lihat bagan/ struktur kerja pembimbing mahasiswa keperawatan dibawah ini:

  1. Garis putus-putus adalah koordinasi.
  2. Garis lurus adalah perintah langsung.
  3. Satu Mentor satu mahasiswa.
  4. Mentor dibawah pengawasan Clinical Instruktur.
Manakala mentor dari perawat pelaksana telah ditunjuk sebagai penanggung jawab salah satu mahasiswa. Hal itu, akan membawa dampak positif terhadap perkembangan ilmu mentor. Sebab, ia juga dituntut belajar dan update ilmu, sebagai bahan yang akan ia sampaikan kepada mahasiswa yang akan ia bimbing.

Jadwal dinas mahasiswa sebaiknya disesuaikan dengan jadwal mentor, agar proses mentoring (pendampingan) berjalan intensif. Sehingga mahasiswa Keperawatan yang praktek di rumah sakit mendapatkan bimbingan yang ideal dari senior (mentor) yang telah diberi tanggung jawab, dibawah pengawasan CI.(Anton Wijaya)