Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kapan Bedah Endo-Laparaskopik di Rumah Sakit Daerah Ada?

Medianers ~ Miris melihat perut pasien disayat lebar dan panjang dengan cara bedah konvensional. Entah apa kendalanya tindakan pembedahan menggunakan monitor dan instrumen yang sangat sedikit mencederai pasien sulit berkembang di Rumah Sakit daerah di Indonesia. Apakah Indonesia kekurangan tenaga ahli? Atau karena Indonesia tidak punya anggaran?

Meskipun belum berkembang pesat di rumah sakit daerah, setidaknya beberapa orang dokter bedah dan perawat kamar operasi di beberapa rumah sakit di Indonesia telah mulai melakukan pembedahan dengan teknik bedah laparaskopi, namun penyebarannya belum merata ke rumah sakit milik daerah yang ada di Indonesia.

dr.Barlian sutedja,Sp.B mengatakan, saat penulis mengikuti pelatihan Basic Laparascopyfor Nurse, (2014)"Jika kita orang indonesia tidak siap mengikuti kemajuan teknologi pembedahan. Maka, siap-siap lah jadi kacung di negara sendiri. Karena sebentar lagi dokter dan Perawat asing bebas masuk Indonesia."

Dokter Barlian Sutedja selain instruktur pada pelatihan basic laparaskopy for nurse angkatan ke 8 di bitdec Bali, ia juga salah seorang pentolan dibidang bedah endo-laparaskopik Indonesia, di bawah asosiasi PBEI (Perhimpunan Bedah Endo Laparaskopik) , ia dan tim telah membimbing hampir ratusan dokter bedah umum, dan dokter kebidanan dalam belajar bedah Laparaskopi di indonesia. Dan juga telah membimbing ratusan Perawat mengenai pembedahan Laparaskopi.

Sejarah singkat bedah endo-laparaskopi

Kata dokter Barlian Sutedja, pada tahun 1986 pertama kali bedah laparaskopi sukses dilakukan pada pasien oleh salah seorang dokter ahli bedah di Jerman.

Ketika ia paparkan cara pembedahan Laparaskopi saat kongres perhimpunan ahli bedah, ia dianggap "sinting" oleh mayoritas sejawatnya, karena memilih cara yang rumit, dan nyaris tidak masuk akal pada saat itu.

Lalu, berselang 1 tahun, tepatnya pada tahun 1987 salah seorang ahli bedah Francis juga mencoba dan sukses melakukan pembedahan dengan cara Laparaskopi pada puluhan pasien.

Setahun kemudian, perkembangan teknologi pembedahan di eropa, akhirnya sampai juga ke telinga orang Amerika. Nah disinilah polesan teknologi terjadi. Teknik pembedahan Laparaskopi berkembang pesat.

Perkembangan Bedah Endo-Laparaskopik di Indonesia

Tahun 1990 Indonesia mengundang tim ahli dari Amerika untuk mempresentasikan teknik pembedahan Laparaskopi. Dan, pada tahun 1991 dr. Ibrahim Ahmadsyah sukses melakukan operasi perdananya memotong dan mengangkat batu empedu pada pasien dengan cara tindakan Laparaskopi. Sejak itu, bedah endo-laparaskopik mulai dikembangkan di Indonesia.

Prospek bedah endo-laparaskopik di Indonesia

Eropa dan negara maju lainnya telah lama meninggalkan cara pembedahan konvensional, kecuali benar-benar tidak bisa dilakukan dengan teknik tindakan laparaskopi, karena adanya penyulit, maka tindakan pembedahan konvensional jadi pilihan terbaik.

Sedangkan banyak daerah di Indonesia masih terseok-seok, bedah endo-laparaskopik belum jadi pilihan menarik oleh ahli bedah. Tindakan ini masih dipegang oleh segelintir sub bedah digestif yang hanya terpusat di rumah sakit besar dan khusus.

Mungkin salah satu penyebabnya tidak berkembang di rumah sakit daerah terkait pembiayaan dan klaim asuransi yang rendah. Karena tindakan ini di anggap bukan 'gawean' rumah sakit tipe C milik daerah.

Apa itu bedah endo-laparaskopi?

Bedah Endo-Laparaskopik adalah suatu tindakan pembedahan canggih, dan sangat minim melukai organ manusia, sehingga penyembuhan luka lebih cepat, serta bekas luka sangat minimal. Pembedahan laparaskopi hampir 100 persen menggunakan teknologi mutakhir dan terkomputerasi, serta terkoneksi dengan monitor. Pasien bisa mendapatkan rekaman pembedahan berupa vcd dan foto.

Sebenarnya tindakan laparaskopi bukan barang baru di negara maju dan kota-kota besar atau rumah sakit besar, namun jika tindakan laparaskopi di sediakan di rumah sakit milik daerah, seperti kabupaten atau kota kecil, tentunya menjadi sesuatu yg menarik. Karena tidak banyak rsud milik daerah kab/kota kecil yg punya layanan tindakan pembedahan endo-laparaskopi.
Di negara maju, malahan sudah beralih ke tindakan bedah robotik surgery, sementara di Indonesia tindakan bedah endo-laparaskopik saja belum berkembang dengan baik. Sungguh disayangkan. Sesuai kata dokter Barlian Sutedja, "Jika kita orang indonesia tidak siap mengikuti kemajuan teknologi pembedahan. Maka, siap-siap lah jadi kacung di negara sendiri."(AntonWijaya)