Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Bermain Anak Direnggut Orang Tua

Medianers ~ Masa kecil adalah masa paling indah, tanpa beban, tanpa tekanan dan tanpa ada sesuatu hal yang merisaukan. Anak-anak bisa bermain lepas, bercanda-tawa, menangis, berlari kian-kemari dan bisa lupa jadwal makan saking riangya bermain. Yang bisa menghentikan aktifitasnya hanya orang tua, ayah dan ibu.

Dimasa anak-anak ini pulalah, masa beradaptasi dengan lingkungan, anak-anak tidak takut terhadap sesuatu, kecuali ia ditakut-takuti yang bisa meremuk-redamkan mentalnya. Anak-anak selalu ingin tau sesuatu hal baru, ingin mencoba, ingin mengenal rasanya seperti apa? Hanya orang dewasa yang melarang, takut akan bahaya akan menimpa. Seperti anak-anak belajar meloncat, anak-anak berlari di tepi pantai dan mencoba untuk menyelam.

Dapat satu hari jatah libur di H+6 lebaran, saya menyempatkan membawa anak-anak bermain ke pantai. Putri pertama saya berusia 3,8 tahun, ia sungguh senang, begitu pula dengan adiknya yang berusia 1,8 bulan menghenyak duduk memainkan pasir. Terlihat di wajah mereka rasa bahagia.

Saya adalah Ayah yang paling jarang membawa anak bermain ke tepi pantai , apalagi ke tempat rekreasi, meskipun di hari libur. Saat lebaran 2016 ini hanya sebuah kebetulan, karena bersilaturahmi ketempat orang tua (amak) yang memang tinggal di dekat pantai. Hanya 2 jam, anak-anak dibawa pulang, masa bermainnya pun terenggut.

Esok harinya anak-anak protes, ingin kembali ke pantai, tapi saya dan ibundanya tidak bisa mengabulkan karena dibayang-bayangi pekerjaan. Ibundanya dinas siang di rumah sakit, sementara Ayah masuk malam. Artinya harus segera berangkat, kalau bisa pagi ini, mengingat arus transportasi padat dan macet.

Di atas mobil, anak saya bertanya " Kok Ayah cepat ke Payakumbuh? Areta nggak mau pulang, Areta mau ke pantai." Ucapnya. Saya jawab, "Ayah, tugas nak, jadi kita harus balik lagi ke rumah. Dan siang ini Bundamu masuk kerja."

"Ayah dan bunda tidak boleh kerja, Areta mau main ke pantai." Sanggahnya.

"Kalau ayah dan bunda tidak kerja, bagaimana cara membeli susu untukmu nak?" Kilah saya.

"Kan ada TM ( Maksudnya ATM). Nanti ayah ambil uang di TM, buat beli susu Areta." Bantahnya.

"Aduh nak. Uang di ATM itu bisa di ambil, jika ayah dan Bundamu kerja dulu. Jika tidak uang di ATM tidak bisa di ambil." Jelas saya.

Dengan sedih, ia jawab "Ayah sombong" maksudnya bilang "Ayah Jahat" karena kata "jahat" tidak ia ketahui maka diganti dengan kata "sombong." Terus ia tambahkan, "Areta tidak mau lagi berteman dengan Ayah." Keluhnya dengan kesal.
Yah, saya hanya urut dada, galau antara keluarga dan tugas. Tanpa bekerja, saya tidak bisa menafkahi mereka. Dan, tanpa mereka buat apa saya susah-susah bekerja. Entahlah, hanya tuhan yang tau (AntonWijaya)