Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Media Asing Menyorot Kiprah Perawat Rachel Saat Gempa Lombok

Medianers ~ Gempa Lombok menjadi sorotan oleh media luar negri yang bertempat di Irlandia, dengan alamat http://www.thejournal.ie. Dalam pemberitaannya pada tanggal 19 Agustus 2018, bahwa 'keganasan' gempa Lombok berpotensi tsunami telah membuat beberapa orang warga Irlandia sedang liburan menjadi terjebak di sebuah pulau dan diungsikan di penampungan.

Salah satu warga Irlandia dimaksud bernama Orlagh, Ia menghabiskan waktunya berlibur di Kepulauan Gili selama 1 minggu. Dia mengatakan kepada TheJournal.ie : “Saya dan teman-teman berada di luar vila di pulau terbesar kedua, Gili Air, ketika tanah mulai bergoyang pada 7 Agustus."

"Kedengarannya seperti suara gemuruh yang sangat dalam dan keras," katanya. "Hampir dengan segera listrik di seluruh pulau padam dan kami hanya bisa mendengar hantaman dan benturan."

Orlagh mengaku, Ia dan sekelompok orang berlindung di pantai untuk menghindari benda-benda yang jatuh, tetapi tidak dapat mengetahui apa yang terjadi karena tidak ada akses internet di pulau itu. Orlagh berkata: "Kami tidak tahu apakah tsunami akan datang. Sebab, ketika kami berjalan ke tengah pulau, kami mendapat peringatan tsunami. ”

Akhirnya kelompok itu menemukan sekelompok penduduk setempat dan turis lain di sebuah kamp sementara di lapangan sepak bola, di mana mereka tidur, sementara itu gempa susulan masih berlanjut sepanjang malam. Selama mereka tinggal di kamp, ​​mereka bertemu dua orang Irlandia lainnya, Rachel dan Tim dari Cork, yang dipuji Orlagh atas upaya mereka ketika panggilan untuk relawan dikumandangkan pemerintah setempat.

Dia berkata: “Secara alami, setelah mendengar aksen Irlandia kami bersatu. Rachel, merupakan seorang perawat, adalah orang pertama yang secara sukarela membantu orang-orang yang terluka ketika panggilan bantuan datang." Dan, Orlagh menyatakan, “Rachel layak mendapat pengakuan atas kerja bagus yang dia lakukan."

Keesokan harinya, kelompok Orlagh pergi untuk mengumpulkan barang-barang mereka dari vila yang mereka tinggali sebelum menuju pelabuhan untuk meninggalkan pulau itu. Namun ketika mereka tiba, mereka melihat ribuan orang mencoba mengevakuasi pulau hanya dengan sebuah perahu.

"Orang-orang naik ke perahu yang sudah penuh dan para penumpang berusaha menghentikan mereka," kenang Orlagh.

“Warga setempat khawatir tentang tsunami jika gempa bumi lain akan terjadi. Pulau-pulau itu benar-benar datar dan hanya 2 km lebarnya sehingga tidak akan ada yang lolos dari air jika itu terjadi. "Semua orang sangat panik,"jelas Orlagh.

Rentetan gempa kedua dan banyak gempa susulan menghantam, menyebabkan lebih banyak kerusakan pada bangunan yang sudah rapuh di pulau itu. "Terlalu berbahaya untuk tidur di dalam," kata Orlagh. "Kami merasa aman di pantai karena ada cahaya dan beberapa puluhan orang lain tidur di sana."

Orlagh Puji Warga Lombok, TNI dan Penyelenggara Hotel

Meskipun pengalaman pahit yang ia rasakan saat berlibur ke Indonesia, Orlagh tetap memuji penduduk setempat untuk bagaimana mereka membantu wisatawan terperangkap dalam kehancuran. Katanya, Tentara Indonesia (TNI) juga menyediakan bus ke pelabuhan lain, dimana turis terjebak gempa itu bisa mendapatkan tumpangan ke Bali.

"Mereka sangat baik dan tidak egois," tambah Orlagh. “Satu hotel menyediakan air, makanan, dan toilet gratis untuk para turis yang tersisa di pulau itu. “Mereka juga punya generator, dan karena tidak ada listrik di pulau itu, mereka memberi cahaya di malam hari. Penduduk setempat lainnya akan mampir dan memberi kami informasi tentang apa yang terjadi.

“Ketika kami akhirnya dievakuasi ke Lombok, tentara menyediakan transportasi, makanan dan semua air yang bisa kami minta.” Orlagh merasa bahwa banyak dari mereka yang begitu cepat membantu turis. "Saya menduga kami diawasi dengan sangat baik untuk memastikan industri pariwisata tidak menderita," ulasnya.

Menurut Orlagh , Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia dan militer dan polisi negara itu dilaporkan telah memberikan bantuan kepada 350.000 orang yang telah mengungsi. "Sangat menyedihkan melihat kerusakan dan kehancuran yang harus mereka tanggung," tutupnya. (AW/ Sumber : http://www.thejournal.ie)