Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Hal Tidak Diharapkan Terjadi Saat Operasi Sectio Caesaria

Medianers ~ Berdasarkan pengalaman, kurang lebih 11 tahun (2007-sekarang) bertugas sebagai Perawat di kamar operasi, penulis mengamati ada 3 hal paling tidak diharapkan terjadi saat operasi sectio caesaria (SC) oleh tim bedah, yaitu dokter spesialis kebidanan (operator), asisten dan instrumentator, (Perawat), serta dokter spesialis anestesi dan penata anestesi hal dimaksud, diantaranya:

1. Terjadinya Perdarahan Hebat atau Syok saat Sectio Caesaria

Banyak hal pemicu terjadinya perdarahan saat operasi sectio caesaria berlangsung, salah satunya Atonia Uteri, yaitu rahim lembek secara tiba-tiba, dan otot rahim melemah, serta kontraksi menghilang. Apabila itu terjadi, maka ujung-ujung pembuluh darah tempat plasenta tertanam tidak menutup, sehingga darah terus mengalir ke rongga rahim.

Menurut WHO, Atonia Uteri hampir 99 persen penyebab utama kematian ibu pasca melahirkan. Maka dari itu, jika saat operasi SC terjadi Atonia Uteri, biasanya operator akan memberikan suntikan langsung ke uterus sebanyak 1-2 ampul, seperti Pospargin atau Methylergometrine 0,2 mg.

Selain itu, juga dilakukan pijat uterus untuk merangsang kontraksi, jika uterus masih melempem dan perdarahan masih terjadi, maka operator biasanya memfiksasi rahim dengan benang jahitan, dan jika keadaan sedikit membaik, maka luka ditutup, dan dilakukan observasi.

Namun, jika situasi dan kondisi pasien memburuk seperti mengalami anemia dan syok, maka dilakukan tindakan operasi ulang, yaitu histerektomi, sebuah tindakan operasi pengangkatan rahim.

Kejadian demikian sungguh tidak diharapkan oleh tim bedah, disamping sangat melelahkan juga menjadi ketidakpuasan dalam bekerja. Tidak satu pun petugas kesehatan maupun tenaga medis mengharapkan kondisi perdarahan itu terjadi.

Datangnya tiba-tiba, dan berlangsung cepat. Oleh karena itu, ibu hamil hendaknya selalu periksa kehamilan di pelayanan kesehatan terdekat, dan minimal 3 kali periksakan selama kehamilan (1 kali tiap semester) kepada dokter spesialis kebidanan, agar kehamilan dan kesehatan bayi Anda terpantau serta dalam pengawasan.

2. Blok Spinal Tinggi atau Naik

Spinal Anestesi adalah pembiusan dengan memasukan obat berupa suntikan jarum halus melalui tulang belakang (tulang punggung) sehingga pasien tidak mengalami rasa nyeri ketika disayat dengan pisau, namun pasien tetap sadar dan bisa bicara dengan petugas dan mengetahui bahwa dia sedang menjalani operasi.

Pada umumnya pasien SC pembiusannya dengan spinal anestesi, dan paling ditakuti oleh tim bedah, terutama dokter spesialis anestesi atau penata anestesi adalah efek blok spinal anestesi tinggi atau naik. Idealnya, efek normal bius seharusnya dari pusar hingga ke ujung kaki.

Namun, tanpa diduga, tiba-tiba efek bius naik dari pusar hingga ke dada, sehingga pasien kesulitan bernafas karena otot-otot dada terpengaruh oleh pembiusan. Tentunya, tim anestesi akan kalang-kabut mengatasi hal tersebut hingga kondisi pasien kembali berjalan normal, dan operasi bisa berjalan lancar.

3. Kejang atau Apnoe (Henti Nafas)

Kejadian tidak terduga lainnya yang tidak diharapkan adalah saat operasi SC berlangsung, pasien tiba-tiba mengalami kejang dan henti nafas. Banyak faktor penyebab pasien kejang saat operasi berlangsung, bisa jadi karena eklampsi (hipertensi kehamilan) atau karena emboli di pembuluh darah, atau karena salah obat, seperti kasus salah label dipabrikan, yaitu buvanest berganti merek menjadi Asam Tranexamat.

Mendapati pasien kejang atau henti nafas saat operasi SC, tentunya bukanlah keinginan tim bedah, karena ketikamanan pasien merupakan ketiknyamanan bagi petugas, bisa saja opini negatif berkembang dimasyarakat, bahkan risiko hukum, meski tim bedah telah melaksanakan tindakan sesuai prosedur, dikenal sebagai SOP. Kemungkinan kejadian diluar dugaan sangat berpotensi terjadi.

Operasi sectio caesaria telah banyak menyelamatkan nyawa ibu dan anak yang mengalami kegawatdaruratan kehamilan seperti: ibu hamil mengalami perdarahan karena plasenta menghambat jalan lahir (plasenta previa), hipertensi kehamilan, proses melahirkan tak maju karena gagal induksi atau gagal vakum, atau karena gawat janin (feital distress) dan lain-lain sehingga perlu dilakukan tindakan pembedahan segera.

Kendati sejauh ini tindakan pembedahan sectio caesaria terbilang aman dan telah banyak memberikan solusi serta keselamatan pada ibu dan anak, masih ditemui kendala dan risiko tak terduga, sebagaimana yang telah diuraikan. Jadi menurut medianers, 3 hal di atas yang sangat tidak diharapkan oleh tim bedah saat operasi sectio caesaria.(Anton Wijaya/ Ilustrasi : pixabay.com)

Baca juga : Apa Saja Benang yang Digunakan Untuk Operasi Sectio Caesaria ?