Dokter Junaidi , Sosok Pemimpin Berjiwa Besar
Medianers, Payakumbuh, -- Pagi yang cerah di cucian mobil, Kaniang Bukik Payakumbuh Utara, Selasa (20/2) tercurah senyum hangat dari seseorang yang pernah menjadi Pelaksana Tugas (Plt) direktur RSUD dr Adnaan WD. Namanya, dr. Junaidi. Senyum hangat itu, dihadiahkan ke penulis. Tanpa, pikir panjang penulis menyalami dan menanya kabarnya, dan apa saja kegiatannya selepas purna bakti?
Pertemuan tanpa diduga itu, membuka kembali cerita tahun lalu. Penulis menyampaikan permintaan maaf pada pak Jun (panggilan singkatnya), manakala ada perkataan dan perbuatan yang tidak pada tempatnya. Kalau boleh jujur, penulis termasuk orang yang mengkritisi kepemimpinan dr. Junaidi, semasa ia menjabat sebagai Plt direktur. Hal itu, tentunya akan berdampak pada hubungan silaturahmi.
Ternyata, pak Jun berjiwa besar. Pertemuan kami berlangsung hangat. Ia pun menyinggung apa yang penulis kritisi. Baginya, itu soal biasa sebagai pimpinan. Berbekal pengalaman, ia pernah mengalami kekerasan psikologis saat menjadi kepala Puskesmas, karena ketidakpuasaan stafnya. Mengamuk, sehingga pintu sampai copot karena amarah anggotanya. Hal itu, tidak membuatnya ciut atau dendam sebagai pemimpin.
"Berada dalam sistim itu dilema, tidak semua kebijakan yang bisa dipahami bawahan. Dan tidak semua persoalan pula yang disampaikan pimpinan pada bawahan diterima dengan baik. Sehingga bawahan merasa tidak puas dengan pimpinan, dan bisa berdampak kritikan, hujatan, bahkan intimidasi, itu dinamika biasa. Pemimpin yang bertanggung jawab bisa mengatasinya dengan bijaksana, " kira -kira begitu katanya.
Diakui pula oleh dr.Junaidi, yang pernah jadi kadis kesehatan kabupaten Limapuluh Kota bahwa memimpin sebuah rumah sakit lebih berat dari pada jadi kepala dinas kesehatan. "Saya pernah jadi kadis kesehatan, juga pernah sebagai direktur RSUD dr Ahmad Darwis, Suliki, termasuk RSUD dr Adnaan WD. Jika dibandingkan, maka lebih berat jadi direktur sebuah rumah sakit umum," katanya.
Dokter Junaidi berpandangan, menata dinas kesehatan tidak terlalu ribet karena hanya berkutat pada kebijakan manajemen. Sementara di sebuah rumah sakit meski lingkupnya kecil, seorang pimpinan akan mengurus 2 kepentingan, diantaranya : 1 manajemen dan 2 fungsional. Sedangkan fungsional sangat beragam , lintas profesi yang memiliki kepentingan berbeda-beda.
Dilain sisi, memimpin rumah sakit tak lepas dari sisi bisnis, bermuara pada profit. Sementara, meningkatkan pendapatan di rumah sakit milik pemerintah juga terbilang rumit, sebab fungsinya bukan untuk bisnis tapi cendrung ke pelayanan sosial kemasyarakatan. Meningkatkan pendapatan, tentunya juga perlu pengembangan layanan, fasilitas dan SDM. Semuanya butuh anggaran memadai.
" Meningkatkan pendapatan rumah sakit milik pemerintah terbilang rumit. Karena ada pertimbangan fungsi rumah sakit. Termasuk perlunya, anggaran memadai. Manajemen rumah sakit tak mungkin bisa meningkatkan pendapatan tanpa pengembangan fasilitas, sarana dan SDM. Sementara dukungan untuk itu, sulit didapatkan," ungkap dr. Junaidi, yang mengisi waktu luang dengan membuka praktik pengobatan pribadi di rumah.
Berpijak dari segudang pengalaman yang dimiliki dr.Junaidi tersebut, penulis menyinggung apakah ia tertarik mencalonkan diri jadi calon legislatif (caleg). Dengan senyum khasnya, pak Jun menjawab tegas, tidak ingin lagi terlibat dalam lingkaran pemerintah. Ia hanya ingin menikmati masa pensiun dengan berbuat baik pada masyarakat, di kampung halamannya. Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota. (AW)
Posting Komentar untuk "Dokter Junaidi , Sosok Pemimpin Berjiwa Besar"