Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dilarang Masuk IGD Sulit Diterapkan

Medianers ~ Acap kali kita temukan ditempat pelayanan publik tentang pemberitahuan dilarang masuk atau dilarang masuk kecuali diminta petugas. 

Penegasan dilarang masuk ditempel di pintu atau di dinding yang mudah terlihat oleh pengunjung dan tulisan tersebut disajikan secara sederhana dengan kertas putih plus tinta hitam atau dengan tampilan sedikit mencolok hasil printer warna.

Pada dasarnya pemberitahuan dilarang masuk, bertujuan agar yang berkunjung tidak masuk seenaknya, namun pemberitahuan itu hanya sebuah tulisan yang sering menghiasi dinding pintu.

Masih banyak diantara masyarakat awam tidak mengindahkan, terlepas apakah itu penting atau tidak, yang jelas masuk dengan menyerobot, anggap saja tidak pernah melihat tulisan yang menempel didinding.

Berdasarkan pengamatan, tulisan dilarang masuk kecuali diminta petugas terpampang jelas dipintu masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) salah satu rumah sakit di Payakumbuh. 

Ketika penulis tanyakan pada salah seorang petugas IGD, kenapa harus ada tulisan dilarang masuk kecuali diminta petugas pada dinding pintu IGD ini? "Apa tidak boleh masuk kedalam ruangan IGD untuk berobat?"

Petugas yang penulis tanya itu menjelaskan, "bukan begitu maksudnya, tulisan itu pada intinya menegaskan bahwa yang tidak berkepentingan dilarang masuk, yang berkepentingan adalah petugas, pasien dan keluarga yang bertanggung jawab sebanyak 1 orang," katanya.

"Kalaupun kita mengizinkan masuk beberapa orang lagi, itu ada pengecualian, karena keadaan benar-benar darurat dan mengancam nyawa sehingga ibu, bapak, istri, suami atau anaknya kita izinkan. 

Pada prinsipnya kita meminimalisasi resiko penularan, agar akses bakteri dan kuman dapat diminimalisir, jika terlalu banyak yang mau masuk keruangan IGD sekedar melihat keadaan, tidak kita izinkan, sebaiknya berkunjung di ruang rawatan pada jam bezuk," tambahnya.

"Apakah masalah teratasi dengan pemberitahuan itu ?" dengan penasaran penulis meminta keterangan lanjut pada petugas yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut.

Hmm.. sedikit senyum, beliau menjawab, "sepenuhnya tidak teratasi, tapi lumayan menolong, bahwa kita telah memberi peringatan secara tertulis, ada juga yang mau mematuhi dan banyak juga yang melanggar, pura-pura tidak baca, kalaupun pengunjung atau pengantar ngotot ingin masuk beramai-ramai, Satpam biasanya mencegah dan memberi penjelasan secara lisan pada pengunjung," jelasnya.

Adakah yang protes dan memaksa untuk masuk?


"Ada, tapi kami punya trik ampuh untuk mengatasinya, pungkas petugas yang berseragam putih itu. Biasanya kita sedikit kewalahan melayani seorang tokoh masyarakat, kewalahan bukan karena penyakitnya, tapi karena simpatisanya yang banyak dan kalau simpatisanya tau bahwa panutan atau tokoh tersebut masuk IGD maka simpatisanya itu berbondong-bondong ingin masuk melihatkan muka untuk mengambil hati tokoh tersebut," jelasnya.

Kemudian, kita juga sedikit sulit melayani pasien yang kecelakaan, biasanya yang mengantar ke IGD masyarakat yang berada dilokasi kecelakaan dan semuanya menjadi sibuk mengabarkan pada sanak familinya sehingga masyarakat dan sanak keluarga yang mengantar berduyun-duyun ingin masuk, tanpa mau mengindahkan peringatan.

"Jika dikatakan, mohon maaf pak/ buk, yang boleh masuk adalah keluarga atau yang bertanggung jawab penuh terhadap kondisi pasien sekarang. Sewaktu pemberitahuan mereka keluar sebentar, kemudian masuk lagi, saya ini keluarganya pak/buk atau saya ini Mamaknya, Kakaknya, Oomnya, Tantenya dan lain-lain, yang akhirnya IGD bagaikan pasar. Perawat/Dokter yang sedang bekerja, menjahit luka, memasang infus, ditonton beramai-ramai," lanjut si Anonim.

Dengan segudang penasaran saya ingin menggali cara pemecahan masalah yang dilematis tersebut.

"Yach! yang jelas harus sabar, tidak boleh marah dan tentunya cerdas, bagi pengunjung yang tidak mau mematuhi peringatan, cukup dipanggil 1 orang yang paling tidak mau mematuhi aturan itu, nanti dokter menjelaskan keadaan penyakit pasien dan terapi yang harus dijalani, kalau bukan ia yang bertanggung jawab maka ia akan mengelak dan berkata, oh ya pak/buk sama orang tua atau suami atau anaknya sajalah jelaskan," ungkapnya.

Seandainya masih ngotot ingin melihat petugas sedang bekerja, maka dikasih kertas resep dan dibilang resepnya tolong ditebus segera ! biasanya akan kelihatan siapa diantara mereka yang paling bertanggung jawab, satu persatu akan mundur, keluar dan berbisik-bisik, siapa yang akan beli obat, kalau sudah berurusan dengan uang, yang ngotot dan yang sok jadi pahlawan langsung kabur dan malu masuk lagi, bagi yang benar-benar bertanggung jawab secara finansial akan mengambil kertas resep tersebut.

Analisis situasi demikian, petugas sudah mendapat gambaran, bahwa yang paling bertanggung jawab terhadap keselamatan pasien diantara pengunjung/pengantar yang ada didekat pasien tersebut adalah yang mau menjemput obat ke Apotik, meskipun pasien yang ditolong adalah pasien pengguna asuransi BPJS Kesehatan yang notabene tidak membayar.

"Sebab, pandangan masyarakat berurusan dengan Apotik pasti akan mengeluarkan uang sehingga tanpa disuruh keluarpun, mereka sudah kabur," tutup petugas yang medianers wawancarai tersebut.(Anton Wijaya)

Terkait : Mengenal Triase Pasien di Instalasi Gawat Darurat

Anton Wijaya
Anton Wijaya Just Blogging and Blogwalking