Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kanker Hati Ganas Membawamu Pergi, Selamat Jalan Uda

Medianers ~ Saudaraku (sepupu) tertunduk layu di atas kursi sofa, semalaman tidak bisa tidur karena merasa nyeri pada bagian perut dan punggung kanannya. Ia sedikit merasa nyaman jika duduk.

Dua minggu sebelumnya, ia pernah dirawat di Rumah Sakit, dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan, mual, lelah dan lemas. Saat diperiksa dokter, ia di diagnosa Hepatocellular Carcinoma.

Pemeriksaan laboratorium didapat HBsAG positif, dan hasil USG juga tampak terjadi penyumbatan pada saluran empedu, sehingga kulit wajah dan mata kuning, orang awam bilang ia menderita penyakit kuning.

Penyakit kuning yang ia alami berulang, sehingga terjadi kerusakan parah pada sel-sel hati. Sel hati yang rusak kian hari kian membesar, kelihatan perut sebelah kanan semakin membesar.

Saat berobat dan dirawat di rumah sakit, ia dapat terapi pemulihan keadaan umum. Setelah 5 hari dirawat, dokter memberikan surat rujukan ke Padang, ke Rumah Sakit yang lebih lengkap pelayanannya. Kurang lebih penyakitnya disebut juga kanker hati ganas ( Hepatocellular Carsinoma). Yang diakibatkan oleh penyakit kuning berulang.

Saat mendapatkan surat rujukan dari dokter ahli penyakit dalam, saya berinisiatif menanyakan/mengkonsultasikan penyakit sepupu saya ini pada dokter ahli bedah pencernaan, dokter ahli bedah pencernaan berpendapat "  Tindakannya adalah hepatomy, membuang sebagian organ hati yang rusak, jika kerusakan sel hati (hepatoma) sedikit, belum menyebar maka bisa di buang. Jika terjadi kerusakan parah, sebaiknya ganti hati seperti dahlan iskan, dan tindakannya tidak ada di indonesia."

Dari hasil pemeriksaan USG, sepupu saya mengalami kerusakan hati yang luar biasa, kecil harapan untuk diperbaiki, jika ganti hati tentunya butuh biaya yang luar biasa. Tindakannya pun di luar negri.

Alhasil, saran dari beberapa teman saya yang juga dokter, sebaiknya fungsi hati yang masih tinggal sedikit dipertahankan dengan baik, dengan cara mengatur diet, tidak mengkonsumsi makanan berminyak, dan berlemak, seperti gorengan.

Sebagaimana kita ketahui, jika mengkonsumsi obat-obatan kimia juga dapat merusak atau memperparah kerusakan sel hati, jadi kalau sepupu saya mengkonsumsi obat maka tidak memperbaiki keadaan, tapi akan memperburuk kondisi hati yang sedang terminal.

Saat saya beritahukan tentang penyakitnya, ia tertunduk seakan menolak kondisi yang sedang ia hadapi. Saya menghiburnya, dan mengatakan, " bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini, atas kehendak-Nya, dia maha tahu, dan maha pengampun, jadi atas kehendak-Nya Uda bisa sembuh, tidak ada satupun yang dapat menghalangi."

Saya menambahkan, "Mungkin ini semacam kesempatan, untuk kita lebih ingat pada-Nya, lebih patuh pada perintah-Nya", saya menambahkan, agar ia rajin sholat dan zikir, serta selalu meminta kesembuhan pada Allah,S.W.T.

Lima hari berlalu di rumah sakit, sepupu saya pulang dan istirahat di rumah, di kampung, Sungai- Geringging. Banyak kolega yang bertanya, perihal penyakitnya, " kenapa tidak dirawat dirumah sakit saja?" Melihat kondisinya belum pulih. Saya rumit menjelaskan, baik kepada sepupu saya yang lain, maupun kepada istri dan anak-anaknya.

Di kampung, ia dapat pengobatan alternatif, saya pesankan, " silahkan berobat alternatif, tapi jangan sekali-kali perutnya di urut atau mengkonsumsi ramuan yang tidak jelas kandungannya," hal ini saya pesankan mengingat jarak kami cukup berjauhan, saya hanya menjalin komunikasi lewat telpon seluler.

Pada suatu hari, kakak kandung tertua dari sepupu saya penasaran, ia tidak tega melihat adiknya sakit-sakitan tanpa di rawat di rumah sakit. Ia menelpon saya, dan saya sudah jelaskan kondisinya sesuai pemeriksaan di rumah sakit bulan lalu. Namun, ia tidak puas mendengar penjelasan saya.

Ia membawa berobat ke salah satu Rumah Sakit swasta di Padang, saat berobat, sepupu saya tidak kuat menunggu antrian, kondisinya memburuk, ia kelelahan. Dan, ia marah, meminta segera di antar pulang. Kakak tertuanya berinisiatif membeli obat bertulisan china, kata orang, obat itu bagus, dan berbagai testimoni yang ia dengar, dan ia pun berkeinginan memberikan obat tersebut kepada sepupu saya dengan harapan bisa mendapatkan kesembuhan.

Setelah di rumah, obat tersebut di berikan pada sepupu saya, tidak lama kemudian setelah makan obat, ia mengalami kejang-kejang dan gangguan kesadaran. Semua orang yang ada dalam rumah panik, lalu menelpon saya, dan saya hanya bisa mengurut dada, serta menganjurkan bawa segera kerumah sakit.

Esok hari, sepupu saya tidak bisa lagi berdiri, yang biasanya masih bisa berdiri,berjalan sendiri, kini hanya terkapar di tempat tidur, semuanya di bantu. Saya pulang kampung menjenguknya, pada hari selasa, 23/4/2015. Ia menceritakan tentang kejadian setelah makan obat tersebut, katanya yang saya ingat, " sajak makan ubek tu, tabedo bana Uda nton, biaso e talok juo bajalan ka rumah amak." (Sejak makan obat china, kondisi Uda semakin buruk, biasanya masih sanggup berjalan ke rumah amak), maksudnya ke rumah orang tua saya yang berjarak sekitar 10 meter dari rumah orang tuanya.

Saya hanya berkata, " Uda harus sabar, dan perbanyak mengingat Allah, setiap penyakit ada obatnya, jangan dipikirkan apa yang sudah terjadi".

Penyakit yang dialami sepupu saya, merupakan dilema, keinginan keluarga kami untuk menolongnya begitu tinggi, tapi apa daya karena ketidak mampuan, terpaksa " makan hati" melihat kondisinya yang semakin hari semakin rapuh.

Saya berpamitan untuk kembali ke Payakumbuh. Dan terus memantaunya lewat telpon. Menjelang puasa, tanggal 15/6/2015 saya pulang kampung lagi, serta melihat kondisi kekiniannya. Kondisinya semakin memburuk, perut tambah membesar, badan semakin kurus, terlihat pembuluh darah membiru di punggung kanannya, ia sering merintih kesakitan.

Saya menatapnya, duduk disampingnya, setelah 15 menit duduk didekatnya, ia baru tau bahwa saya ada disampingnya, kesadarannya mulai memburuk, mungkin ada perubahan biokimia dalam tubuh. Mak tuo, ibu dari sepupu saya bilang, " ia sering mengigau dan disorientasi bentuk, serta emosi menjadi labil."

Kerongkongan seakan tercekat melihat keadaannya. Dulu ia gagah, dulu ia suka senyum, ia seorang pribadi yang hangat, pemurah dan loyal terhadap keluarga.

Penderitaan yang ia alami kurang lebih 4 bulan dirumah, dengan suka duka penuh kenangan, disisi orang tua, dan keluarga. Hari ini, doa nya dikabulkan Allah, S.W.T, ia pergi untuk selamanya, menemui sang khalik, hari ini,  hari ke dua bulan Ramadhan, tepatnya hari Jum'at , pukul 09.32 wib, 19/6/2015. Innalillahiwainnailaihi rajiun. Selamat Jalan Uda, semoga amal ibadahmu selama di dunia, diterima Allah,S.W.T, Amin.